Profil Martha Siahaan, Direktur Cantik RS Premiere Bintaro, Langsung Gas Pol Begitu Menjabat
Saya jadi direktur RSPB pada 18 Mei 2020. Waktu itu rumah sakit sepi sekali karena awal pandemi Covid-10
Penulis: Agung Yulianto Wibowo | Editor: Agung Yulianto Wibowo
Dia kemudian berinovasi memanfaatkan teknologi yang ada, seperti menggelar webinar via Zoom dan memaksimalkan digital marketing.
Bahkan, RSPB menggelar webinar dan dihadiri sekitar 5.000 peserta dari segala penjuru Tanah Air.
“Bayangkan, dulu mengumpulkan 100 orang saja ribet. Tapi ini bisa sampai lebih 5.000 orang,” katanya.
Webinar itu digelar untuk berbagi pengalaman, keilmuan, dan informasi.
Baca juga: Profil Fatah Sulaiman, Rektor Untirta yang Gemar Membikin Puisi untuk Mengasah Otak Kanan
Beberapa waktu yang lalu, RSPB kemudian menggelar webinar bertema “Perlindungan Hukum bagi Perawat”.
Tanpa disangka, peserta webinar dalam rangka Hari Perawat Internasional ini tembus lebih dari 6.000-an akun.
“Pada masa pandemi Covid-19 ini orang salah berprasangka terhadap rumah sakit dan tenaga kesehatan. Memang masyarakat juga dalam suasana yang tidak nyaman,” ucap Martha.
Menurut dia, sejumlah webinar yang digelar RSPB bisa meningkatkan brand awareness.
Orang semakin mengenal dan memahami RSPB, bukan hanya sebagai rumah sakit, tapi juga media yang memberikan informasi-informasi, terutama selama pandemi Covid-19 ini.

“Itu menjadi kebutuhan masyarakat juga,” ujar pencinta teh ini.
Perlahan tapi pasti, Martha mengaku merasakan pertumbuhan pendapatan rumah sakit.
Pertumbuhan itu mulai terlihat pada Juni atau sebulan setelah dia menjabat sebagai direktur.
Pada Januari 2021 sampai sekarang, pertumbuhannya bahkan hampir kembali seperti sebelum masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Profil Veronika Dian Faradisa, Perempuan Perbatasan dan Aktris Terbaik yang Memimpin Humas Untirta
“Bahkan, hari ini penuh. Kalau berbicara rumah sakit kosong, sedih, tapi penuh juga sedih. Jika penuh, menjadi ketidakberdayaan yang luar biasa, ingin membantu tapi tidak ada tempatnya,” kata Martha.
Baginya, kunci yang paling utama adalah menganggap apa yang dilakukan sebagai jalan ibadah.