Virus Corona

KABAR GEMBIRA, Insentif Tenaga Kesehatan RSUD Banten Segera Dicairkan, Gubernur: Target Minggu Depan

Sumber pembiayaan insentif para tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 itu berasal dari dana alokasi umum

Kompas.com/Kristianto Purnomo
Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor saat melakukan uji cepat (rapid test) massal Covid-19 dengan skema drive thru di GOR Pajajaran, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/4/2020). Sebanyak 128 orang dalam pemantauan (ODP) mengikuti rapid test ini dari target 284 orang. 

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Gubernur Banten Wahidin Halim menginstruksikan manajemen RSUD Banten untuk segera menyalurkan insentif tenaga kesehatan

Seperti diberitakan TribunBanten.com, Jumat (2/7/2021), tenaga kesehatan di RSUD Banten mengaku belum menerima insentif selama sembilan bulan.

Wahidin Halim menargetkan manajemen mampu untuk menyelesaikan administrasi dan penyaluran insentif para tenaga kesehatan minggu depan.

Baca juga: Cerita Tenaga Kesehatan RSUD Banten yang Menangani Pasien Covid-19, 9 Bulan Belum Terima Insentif

Menurut dia, keterlambatan pencairan insentif tenaga kesehatan Covid-19 di RSUD Banten dipicu lambatnya petunjuk teknis yang diberikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Sumber pembiayaan insentif para tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 itu berasal dari dana alokasi umum (DAU).

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Banten, Rina Dewiyanti, mengatakan anggaran untuk pembayaran insentif itu sudah tersedia.

“Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa kita realisasikan,” ujarnya lewat rilis yang diterima TribunBanten.com, Sabtu (3/7/2021).

Baca juga: Direktur RSUD Banten Angkat Bicara soal Ratusan Nakes Belum Dapat Insentif Covid-19 selama 9 Bulan

Direktur RSUD Provinsi Banten Danang Hamsah Nugroho mengaku akan berusaha keras menyelesaikan perintah Gubernur Banten.

"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan karyawan, pimpinan, dan semua pihak. Kami berusaha keras menyelesaikan sesuai perintah tersebut," ucapnya.

Adapun masalah pembagian masker, menurut Danang sudah sesuai dengan Aturan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang diterbitkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Revisi Ketiga.

Baca juga: Tenaga Kesehatan RSUD Banten Belum Terima Insentif 9 Bulan, Ini Kata Pihak RS dan Kepala Dinkes

"Masker N95 hanya digunakan oleh petugas yang melakukan tindakan aerosol di ruangan tertentu. Jadi, bukan dijatah," katanya.

Penggunaan masker N95 sudah disupervisi oleh dokter spesialis okupasi yang mendalami tentang K3RS.

Tidak setiap orang memakai masker N95.

"Diberikan sesuai penggunanya menurut aturan," ujar Danang.

Tenaga kesehatan di RSUD Banten mengaku belum menerima insentif selama sembilan bulan.

"Kami merawat pasien Covid-19 mulai awal 2020. Awal tahun kemarin lancar, tapi dari Oktober 2020 sampai sekarang belum menerima insentif," ujar seorang tenaga kesehatan yang enggan disebutkan namanya kepada TribunBanten.com, Kamis (1/7/2021) malam.

Menurut dia, tidak hanya dirinya, tetapi hampir seratusan tenaga kesehatan di RSUD Banten belum menerima insentif mulai Oktober 2020.

Dia mempertanyakan pencairan insentif bagi tenaga kesehatan di RSUD Banten yang belum cair.

Dia juga mendengar teman-temannya yang menangani pasien Covid-19 di rumah sakit lain, sudah menerima insentif.

"Yang lain itu paling nunggak cuma sebulan, tapi ini sudah sembilan bulan belum ada kepastian," katanya.

Padahal, dia mengaku menandatangani berkas pencairan insentif.

Namun, hingga saat ini, uang insentif itu belum ada kepastian.

Dia mengakui ada tenaga kesehatan yang terpapar virus corona.

"Yah gimana enggak terpapar, masker aja kita dijatah. Sekali bertugas, misalkan pagi dikasih tiga masker, sisanya kita enggak kebagian. Dari mana kalau tidak beli sendiri," ucapnya.

Dia mengaku hanya menerima dua masker bedah.

Adapun masker standar N95 atau KN95, dia harus membeli sendiri.

Padahal, harga masker standar medis itu lebih mahal dibandingkan masker biasa.

Namun, para tenaga kesehatan ini benar-benar membutuhkan karena sebanding dengan risiko yang mereka hadapi.

Dia mengakui, pemerintah pernah memberikan perhatian dengan menyediakan vitamin dan kebutuhan lain.

Namun, kini hal itu jarang diberikan.

Itulah yang kemudian para nakes menggunakan gaji pribadinya untuk membeli vitamin, masker dan lain sebagainya sendiri.

Para tenaga kesehatan di RSUD Banten bekerja selam enam hari kerja.

"Apalagi di IGD, pasien membeludak. Jadi kerjanya pagi-pagi, siang-siang, malam-malam selama enam hari," ucapnya.

Namun, yang dia sayangkan adalah hak mereka yang belum dibayarkan.

"Jadi sedihlah dan miris gitu, sudah sembilan bulan kita ini. Terus masker dikurangi jatahnya," katanya.

Dia berharap kepada pemerintah, terutama Dinas Kesehatan Provinsi Banten, untuk memberikan perhatian lebih kepada tenaga kesehatan yang berjuang merawat pasien Covid-19.

"Perhatikanlah kami. Berikanlah insentif itu, hak kita dikeluarkan. Ini juga istilahnya imunlah buat kita, biar kita semangat gitu," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved