Kisah Pemuda Baduy Dirikan Komunitas Membaca, Kini Mampu Mengenyam Pendidikan di Perguruan Tinggi

Mulyono (27), pemuda asal Baduy Luar menjadi satu diantara segelintir urang Kanekes yang berhasil mendobrak budaya lama.

Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Yudhi Maulana A
Dok. Mulyono
Mulyono, pemuda asal Baduy yang mendirikan komunitas membaca untuk anak-anak di lingkungan Baduy Luar 

Laporan wartawan TribunBanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan

TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Mulyono (27), pemuda asal Baduy Luar menjadi satu diantara segelintir urang Kanekes yang berhasil mendobrak budaya lama.

Warga Kampung Cicampaka, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten mampu mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.

Sementara diketahui, masyarakat adat Baduy Luar cukup tertutup dengan dunia pendidikan di luar wilayah mereka.

Apa yang dikerjakan Mulyono ini secara tidak langsung memutus paradigma tentang warga Baduy yang tertinggal dalam hal pendidikan.

Memang anak-anak Baduy tidak bersekolah formal seperti anak pada umumnya.

Mereka lebih banyak menimba ilmu langsung dari pelajaran orangtua mereka.

Baca juga: Vaksinasi Warga Baduy Minim Peminat, Satgas Covid-19: Sabar, Semua Butuh Proses

Untuk mengubah paradigma anak-anak Baduy yang pendidikannya tertinggal, Mulyono mendirikan komunitas membaca.

Komunitas membaca tersebut ia dirikan sejak tahun 2005 silam dan hingga saat ini terus melakukan kegiatan mengajar anak-anak Baduy secara menyeluruh.

Berawal dengan metode pembelajaran yang sederhana dengan mencoret-coret buku dengan alat pensil yang terbatas hingga jam waktu pembelajaran yang menyesuaikan dengan waktu belajar berladang dengan orangtua, dirinya tetap mempunyai keyakinan tersendiri untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak Baduy.

Hingga akhirnya, tekad itu pun terbayar dengan sebagian anak-anak di Baduy telah bisa membaca dan menulis dengan bantuan dirinya sejak belasan tahun.

"Bapak saya dulu sudah membuat Komunitas Baduy Belajar sejak tahun 2000. Setelah itu saya hanya melanjutkan saja dengan metode yang sederhana akan tetapi tidak membosankan," katanya saat dihubungi oleh TribunBanten.com, Senin (23/8/2021).

Dirinya sendiri merupakan salah satu warga Baduy yang berhasil membuktikan bahwa orang Baduy pun dapat mengenyam pendidikan hingga jenjang perkuliahan.

Baca juga: Cerita Jaro Saija Diminta Siapkan Baju Adat Baduy Untuk Dipakai Jokowi, Dua Kali Diundang ke Istana

Ia saat ini sudah masuk semester enam di salah satu perguruan swasta yang berada di Banten.

Kendati begitu, dirinya masih terus aktif dalam memberikan pembelajaran kepada warga Baduy setiap malam harinya.

Mulyono mengatakan, bahwa ia melakukan pembelajaran di rumahnya yang hanya berdinding anyaman bambu dengan terdapat sebuah buku yang berjejer rapih berkat sumbangan teman-temannya saat datang ke Baduy.

Mul sendiri mulai tertarik dengan dunia pendidikan berkat membaca buku semasih sang ayah membuat komunitas baca untuk warga Baduy sendiri.

Pada waktu itu pula dirinya mulai sedikit demi sedikit tertarik dengan ilmu pendidikan dan mulai mengambil paket A di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang berada di Ciboleger.

"Dulu niatan saya bercita-cita ingin kuliah dan saya sempat berkeinginan untuk masuk UI pada waktu itu. Akhirnya saya mengejar paket A saya waktu itu saya hanya ingin merasakan bagaimana kuliah itu," terangnya.

Suasana pemukiman warga Baduy Luar di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak
Suasana pemukiman warga Baduy Luar di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak (TribunBanten.com/Marteen Ronaldo Pakpahan)

Hingga akhirnya harapan untuk masuk UI pun gagal lantaran terkendala umur. Kendati begitu, dirinya tidak putus arah untuk menggaapai cita-citanya tersebut.

Ia tetap belajar dan membuka rumahnya untuk anak-anak di sana mendapatkan ilmu yang pasti dan tidak tertinggal dari masyarakat lainnya.

Menurutnya, warga Baduy sendiri dilarang untuk sekolah formal, akan tetapi untuk belajar membaca dan menulis hal tersebut tidak dilarang.

"Ada kekhawatiran adat, takut jika anak-anaknya punua ijazah, nanti mereka keluar Baduy, pergi merantau ke kota, atau tinggal di luar wilayah," jelasmya.

Ia pun menerangkan, untuk komunitas membaca dan menulis sendiri dilakukan secara pribadi dan tidak menerima bantuan dari luar ataupun pemerintahan.

Hal tersebut, ditakutkan akan berdampak kepada kepentingan dari beberapa pihak yang dikhawatirkan dapat membawa kesan tidak baik.

"Kalau terima bantuan dari pemerintah saya khawatir nanti harus ada struktur organisasi, ada kunjungan resmi, dampaknya malah membahayakan komunitas saya," tegasnya.

Kini, berkat dirinya sudah banyak ratusan anak-anak di Baduy yang telah dapat membaca dan menulis. Ia pun mengatakan sangat bangga dan terharu dengan pencapaian yang telah ia torehkan selama ini.

Mulyono sendiri saat ini sedang menyelesaikan pendidikan nya dengan metode daring atau online. Hal tersebut dapat membantu dirinya untuk tetap memberikan pendidikan yang gratis dan ilmiah kepada anak-anak disana.

"Pendidikan di daerah, sangat penting apalagi Baduy yang menjadi sorotan, dengan kehidupan masyarakatnya yang masih tradisional, dan yang paling penting mereka anak-anak Baduy harus bisa, memilah hal-hal negatif di jaman modern seperti sekarang," katanya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved