Tak Ikut Salat Berjamaah Karena Beli Nasi Uduk, Santri di Pandeglang Dianiaya Oknum Pengurus Ponpes
RH, seorang santri di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Pandeglang diduga dianiaya oleh oknum pengurus.
Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Yudhi Maulana A
Laporan Wartawan TribunBanten.com Ahmad Tajudin
TRIBUNBANTEN.COM, KABUPATEN PANDEGLANG - RH, seorang santri di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Pandeglang diduga dianiaya oleh oknum pengurus.
Kisah RH viral setelah wanita yang mengaku sebagai kakak korban menunggah kisah sang adik di akun Instagram-nya.
Tampak dalam foto postingannya itu, RH mengalami luka serius di wajahnya.
Postingan yang diupload pada Kamis (25/11/2021), menceritakan dugaan kronologi peristiwa itu menimpa adiknya.
"Adik saya tanggal 21 November 2021 keluar lingkungan Ponpes untuk beli nasi uduk dengan satu orang temannya dan tidak hadir jama'ah sholat isya di pondok," ujarnya dikutip dari postingan miliknya, Jumat (26/11/2021).
Rupanya pengurus ponpes mengetahui kalau korban dan temannya keluar pondok dan tak mengikuti salat berjamaah.
Pengurus kamar tersebut memberikan hukuman kepada korban untuk push up sebanyak 150 kali.
"Sembari push up, ditendang kepalanya sampe kena matanya," ujarnya.
Baca juga: Sidang Kasus Korupsi Dana Hibah Ponpes, Ini Pengakuan Eks Honorer Biro Kesra Soal Perjanjian Hibah
Bahkan pelaku diduga meinjak perut dan punggung korban.
Kemudian menutup mata dan badan korban dengan selimut.
"Dia (korban,-red) kesakitan, sudah teriak-teriak minta ampun. Tapi kalian tetap pukuli dia seperti setan," ujarnya.
Dalam caption itu juga, Gita menulisakan banyak pertanyaan kepada pelaku.
Dirinya mempertanyakan kepada pelaku, mengenai apa alasan mereka melakukan tindakan tidak terpuji kepada adiknya.
"Kenapa kalian tidak ganti hukumannya dengan hafalan surat2 Al-Qur'an?, atau bersih-bersih di lingkungan pondok? atau apapun kegiatan yg mendidik," kata dia.
"Memang apa yg sudah adik saya lakukan? Malingkah? Melakukan tindak asusila kah?," sambungnya.
Padahal, kata dia, korban hanya sedang lapar dan hanya ingin membeli nasi uduk ke luar bersama temannya.
Menurutnya korban masih anak-anak, yang tentunya bisa melakukan kesalahan.
Parahnya, kata dia, pihak keluarga mungkin tidak akan tahu apa yg sudah dialami korban.
Jika orang tua korban tidak menjenguk korban di Ponpes.
Di mana pihak keluarga baru mengetahui peristiwa tersebut keesokan harinya.
Pada saat ibu korban hendak memberikan makanan kepada korban.
"Apa salahnya menghubungi kami?," kata dia.
Bahkan, lanjut dia, dalam keadaan babak belur dan tertekan.
Korban tidak langsung dibawa ke Puskesmas atau Klinik terdekat.
Sehingga dalam kejadian ini, ia berharap agar adiknya selaku korban bisa mendapatkan keadilan.
Baca juga: Viral Rekaman Suara Rintihan Terakhir Pria yang Hilang Misterius di Sumedang: Aduh Gusti
"Kami sudah bawa masalah ini ke ranah hukum. Kami sedang menunggu proses hukum," kata dia.
Kemudian Gita juga menegaskan bahwa apa yang dirinya utarakan di postingannya tersebut.
Hal itu bukanlah bentuk ujaran kebencian, namun ia menegaskan bahwa itu nyata adanya.
"Saya hanya butuh keadilan, cukup adik saya yang mengalami hal seperti ini," ujarnya.

Ia berharap jangan sampai citra pondok yang mulia, kata dia, dinodai oleh hal-hal yang tidak manusiawi.
Karena selain keluarganya, banyak orang tua di luar sana yang menitipkan anaknya untuk dibimbing dan dibina oleh pondok pesantren.
"Tujuannya hanya satu, mempunyai seorang anak sholeh & berakhlak mulia," ujarnya.
"Satu lagi, luka fisik bisa sembuh. Tapi psikisnya saat ini sudah kalian rusak," tukasnya.
TribunBanten.com sudah berusaha menghubungi pengunggah untuk menanyakan peristiwa tersebut, namun belum ada jawaban.
Selain itu, TribunBanten.com juga telah menghubungi Kapolres Pandeglang namun hingga saat ini belum ada jawaban.