Virus Corona
6 Indikator yang Harus Dicermati secara Berkala Satgas Covid-19 Mengantisipasi Omicron
Namun, jika dilihat pada kasus aktif, ternyata sempat meningkat selama empat hari berturut-turut
TRIBUNBANTEN.COM - Meningkatnya aktivitas dan mobilitas masyarakat pada periode libur Natal dan tahun baru berpotensi terhadap lonjakan kasus Covid-19.
Apalagi ancaman varian terbaru Covid-19 Omicron.
Jubir Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan ada enam indikator yang harus dimonitor secara berkala.
Mengutip covid19.go.id, Sabtu (4/12/2021), hal itu sebagai persiapan memantau kondisi Covid-19 dari berbagai aspek.
Baca juga: 6 Fakta Varian Covid-19 Omicron dari WHO, Ada Kemungkinan Penyintas Bisa Terinfeksi Lagi
Enam indikator itu adalah kasus aktif, bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit dan wisma atlet, kepatuhan protokol kesehatan, Rt atau angka reproduksi efektif, mobilitas penduduk, serta vaksinasi.
Menurut Wiku, kasus mingguan saat ini menurun.
"Namun, jika dilihat pada kasus aktif, ternyata sempat meningkat selama empat hari berturut-turut," ujarnya dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (2/12/2021).
Kasus aktif menjadi indikator pertama untuk dicermati.
Data menunjukkan, kenaikan pada 23 ke 24 November 2021.
Angkanya dari sekitar 7.900 menjadi 8.000.
Baca juga: Varian Omicron Bikin Resah, Dinkes Kabupaten Serang Nyalakan Alarm Antisipasi Penyebaran Covid-19
Kemudian, pada hari berikutnya, meningkat lagi menjadi sekitar 8.000 dan terakhir meningkat menjadi 8.200 pada 27 November.
Bahkan di Jawa Bali saja, peningkatan selama enam hari berturut-turut, dari 23 November sekitar 3.600 kasus, hingga 28 November sekitar 3.800 kasus aktif.
Indikator selanjutnya, BOR ruang isolasi di rumah sakit rujukan.
Angkanya dempat meningkat pada 2 hari terakhir, dari 2,94 persen menjadi 3,07 persen.
BOR di wisma atlet juga meningkat pada November, dari 1,76 menjadi 2,2 persen.
"Meskipun peningkatan terbilang kecil, tetapi perlu diwaspadai karena peningkatan BOR mengindikasikan adanya kenaikan kebutuhan treatment pada gejala sedang-berat," ucap Wiku.
Indikator selanjutnya, Rt atau angka reproduksi efektif.
Baca juga: Antisipasi Covid-19 Omicron dan Gelombang Ketiga saat Nataru, Ini Langkah Dinkes Kota Tangerang
Meskipun saat ini angkanya masih di bawah 1, tetapi perlu diwaspadai trennya dalam 5 minggu terakhir meningkat dari 0,96 menjadi 0,98.
Hal yang sama juga terjadi pada tingkat pulau yang angkanya mendekati 1.
Hampir semua pulau mengalami kenaikan, kecuali Maluku yang mengalami penurunan dan Nusa Tenggara dengan nilai Rt tidak berubah.
Rt di tingkat pulau saat ini berkisar antara 0,95-0,99.
Indikator berikutnya yang juga penting, adalah mobilitas penduduk.
Dari data, mobilitas kereta api meningkat 5 kali lipat dalam 5 bulan terakhir.
Jumlah perjalanannya per Juli lalu sekitar 100 ribu perjalanan.
Baca juga: Penjelasan WHO soal Varian Omicron, dari Tingkat Keparahan hingga Efektivitas Vaksin
Adapun November ini meningkat hampir mencapai 600 ribu.
Mobilitas dengan pesawat terbang juga meningkat mencapai 350 persen dalam 5 bulan terakhir.
Per Juli lalu, jumlah perjalanannya sekitar 350 ribu, dan per November meningkat hingga sekitar 1,6 juta penerbangan.
Indikator selanjutnya ialah kepatuhan protokol kesehatan.
Idealnya, peningkatan aktivitas masyarakat harus dibarengi peningkatan kepatuhan protokol kesehatan.
Namun, data pada minggu terakhir menunjukkan sebaliknya.
Cakupan desa/kelurahan yang patuh memakai masker dan menjaga jarak mengalami penurunan.
Rinciannya, cakupan desa/kelurahan yang patuh memakai masker turun dari 76,42 persen menjadi 74,91 persen, sedangkan menjaga jarak turun dari 78,60 menjadi 77,69 persen.
Baca juga: Imbau Masyarakat Tak Panik Terkait Varian Omicron, Luhut: Pemerintah Perketat Pintu Masuk Negara
Jumlah laporan desa/kelurahan yang dipantau juga terus mengalami penurunan, dari sekitar 21 ribu desa/kelurahan pada Juli, menjadi hanya 9.000 per minggu ini.
"Ini menunjukkan bahwa pengawasan dan pelaporan pada protokol kesehatan sudah mulai longgar ucap Wiku.
Indikator terakhir adalah angka cakupan dan laju vaksinasi.
Datanya menunjukkan penurunan jumlah suntikan harian selama empat minggu terakhir.
Sebagai catatan, meskipun capaian dosis 1 vaksin hampir 70 persen, tetapi capaian dosis 2 baru mencapai 45 persen.
Melihat pembelajaran dari negara lain, menunjukkan bahwa peningkatan jumlah kasus tetap berpotensi terjadi bahkan di negara-negara dengan cakupan dosis 2 yang tinggi.
"Karena itulah, meningkatkan cakupan vaksin dosis harus dilakukan segera. Agar dapat memproteksi masyarakat dengan maksimal," kata Wiku.
Baca juga: Waspadai Varian Omicron, Pemkot Tangsel Minta Puskesmas Mempersiapkan diri
Untuk itu, dengan melihat perkembangan pada indikator-indikator tersebut, berbanding terbalik antara kenaikan jumlah kasus dan upaya preventif di lapangan.
Capaian pada indikator tersebut harusnya menjadi refleksi untuk kembali waspada dari seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah daerah harus memonitor penerapan prokes dan cakupan vaksinasi di daerahnya masing-masing dan juga daerah sekitarnya.
Masyarakat yang menerapkan protokol kesehatan ketat menjadi hal yang mudah dan sederhana di tengah meningkatnya mobilitas dan ancaman varian baru Omicron.
"Penerapan protokol kesehatan adalah cara utama kita untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita," ujarnya.
Adapun perlindungan dengan vaksin tak kalah penting karena semakin banyak orang divaksin, semakin banyak yang terlindungi.
"Vaksinasi juga akan mencegah timbulnya gejala berat bagi mereka yang tertular Covid-19 sehingga dapat mengurangi kebutuhan perawatan di rumah sakit," ucap Wiku.
