Meletus 9 Kali, Gunung Anak Krakatau Masih Berpotensi Erupsi, PVMBG: Waspada Lontaran Lava Pijar

Gunung Anak Krakatau  yang berada di Selat Sunda mengalami erupsi sebanyak sembilan kali pada Jumat (4/2/2022).

Tangkapan layar web pos pantau GAK
Terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau sebagaimana dilaporkan Kantor Pos Pantau Gunung Anak Krakatau pada Kamis (3/2/2022) sekitar pukul 16.15 wib. 

TRIBUNBANTEN.COM - Gunung Anak Krakatau  yang berada di Selat Sunda mengalami erupsi sebanyak sembilan kali pada Jumat (4/2/2022).

Erupsi berulang sejak siang hingga dan mengeluarkan kolom abu setinggi 800 - 1.000 meter (m) di atas puncak berwarna kelabu-hitam tebal. 

Adapun erupsi terjadi pada pukul 09:43 WIB, 10:25 WIB, 10:28 WIB, 12:46, 13:00, 13:31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB. 

Baca juga: 2 Peristiwa Alam Terjadi Dalam Satu Hari: Anak Krakatau Meletus, Lalu Gempa Guncang Bayah Banten

Hal tersebut disampaikan oleh kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Badan Geologi, Andiani.

"Pada 4 Februari 2022 teramati letusan sebanyak 9 kali," kata Kepala PVMBG Andiani melalui keterangan tertulis, Jumat (4/2/2022).

Erupsi terakhir yakni pada pukul 17.07 WIB terjadi  3 menit sebelum terjadinya gempa di Banten pada Jumat (4/2/2022) kemarin.

Menurut keterangan resmi BMKG, gempa terjadi di kedalaman 10 km pada pukul 17.10 WIB, koordinat: 7.48 LS-105.92 BT.

Gempa terjadi di 71 km Barat Daya Bayah-Banten. BMKG menegaskan gempa tidak berpotensi tsunami.

"Pemantauan visual mengindikasikan bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam," ujarnya.

Baca juga: Update Erupsi Gunung Anak Krakatau, Potensi Bahaya di Sekitarnya, Ini Level Terkininya

Dijelaskan Andiani, kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 16 Januari-4 Februari 2022 ditandai dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik dan gempa permukaan yang mengindikasikan adanya intrusi magma dari bawah ke permukaan secara bertahap.

 "Peningkatan intrusi magmatik kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021 yang diindikasikan dengan terekamnya gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan," ujarnya.

Hal ini kata dia terjadi seiring dengan energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (real-time seismic amplitude measurement) serta pola ungkitan dari pengukuran tiltmeter yang menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan relatif meningkat pada periode Januari-Februari 2022, yang disebabkan perubahan tekanan di permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida magma ke permukaan.

Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi.

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava.

"Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif."

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved