'Putin Telah Membuat Kesalahan Besar' NATO Sebut Rusia Meremehkan Kekuatan Rakyat Ukraina
Presiden Rusia, Vladimir Putin dinilai telah melakukan kesalahan besar dengan melakukan invansi ke Ukraina, hal tersebut disampaikan oleh Sekjen NATO.
TRIBUNBANTEN.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin dinilai telah melakukan kesalahan besar dengan melakukan invansi ke Ukraina.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekjen NATO, Jens Stoltenberg.
Baca juga: Undangan KTT G20 di Indonesia Sudah Disebar, Apa Alasan Tetap Mengundang Rusia?
Baca juga: Pasukan Rusia Ketar-Ketir Kehilangan 40.000 Tentara di Ukraina, NATO: Jenderal Rusia Kembali Tewas
Baca juga: Jurnalis Rusia Nekat Merekam Suasana Mencekam, Akhirnya Tewas dalam Insiden Penembakan di Ukraina
Baca juga: Presiden Zelensky Sempat Beri Sindiran, NATO Kerahkan 40.000 Pasukan ke Negara Tetangga Ukraina?
"Presiden Putin telah membuat kesalahan besar dan itu adalah meluncurkan perang melawan negara berdaulat yang merdeka."
"Dia telah meremehkan kekuatan rakyat Ukraina, keberanian rakyat Ukraina dan angkatan bersenjata mereka," kata Stoltenberg menjelang pertemuan puncak NATO di Brussel, Kamis (24/3/2022).
Stoltenberg mengatakan, para pemimpin aliansi NATO akan membicarakan pengaturan ulang terkait pencegahan dan pertahanan dalam jangka panjang.
Langkah ini dimulai dengan menyetujui penempatan baru ke anggota timur yakni Rumania, Hongaria, Slovakia, dan Bulgaria.
Dilansir CNA, NATO mengerahkan puluhan ribu tentara ke sisi timur sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Aliansi militer ini mencoba mengatasi kemungkinan konflik merembet ke negara-negara anggotanya.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta lebih banyak pasokan senjata dan intervensi dari Barat dalam perang melawan Rusia.
"Kami sedang menunggu langkah-langkah yang berarti. Dari NATO, Uni Eropa dan G7," kata Zelensky menjelang pertemuan puncak ketiga organisasi di Brussels.
"Di tiga puncak ini kita akan melihat: Siapa teman, siapa mitra, dan siapa yang mengkhianati kita demi uang. Hidup hanya bisa dipertahankan jika bersatu," lanjutnya.
Para pemimpin NATO berjanji akan meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina, dan memberikan perlindungan terhadap ancaman senjata kimia dan nuklir.
Kendati demikian, NATO menolak permintaan Kyiv memberlakukan zona larangan terbang.
Adanya zona larangan terbang di Ukraina, memaksa militer NATO berada di area konflik dan menimbulkan perpecahan yang lebih besar dengan Moskow.
"Kami memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa konflik ini tidak meningkat di luar Ukraina yang akan menyebabkan lebih banyak penderitaan, bahkan lebih banyak kematian, bahkan lebih banyak kehancuran," kata Stoltenberg.
