Bergejala Ringan & Risiko Penularan Masih Rendah, Ini Hal-hal yang Perlu Diketahui soal Monkeypox
Inilah hal-hal yang perlu diketahui soal monkeypox, gejala, risiko penularan negara-negara yang telah terkonfirmasi ditemukan monkeypox.
TRIBUNBANTEN.COM - Inilah hal-hal yang perlu diketahui soal monkeypox, gejala, risiko penularan negara-negara yang telah terkonfirmasi ditemukan monkeypox.
Ditemukannya kasus cacar monyet atau monkeypox di berbagai belahan dunia kini sedang menjadi sorotan.
Apa saja yang perlu diketahui soal cacar monyet atau monkeypox ini?

Baca juga: PERINGATAN WHO: Gejala Monkeypox dan Cacar Monyet, Apa itu?
Baca juga: Waspada! Ini Gejala Omicron Siluman yang Disebut WHO Lebih Menular
Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris, cacar monyet atau monekypox adalah infeksi virus langka yang biasanya memiliki gejala ringan dan sebagian besar sembuh dalam beberapa pekan.
Selain itu, virus penyebab cacar monyet atau monkeypox tidak menyebar secara mudah diantara orang-orang.
Risiko penularan terhadap masyarakat luas pun masih tergolong sangat rendah.
Kini, sebanyak lebih dari 80 kasus cacar monyet atau monkoeypox telah dikonfirmasi pada setidaknya 12 negara di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 50 kasus lainnya yang dicurigai saat ini sedang diselidiki.
Kendati menyebut angka temuan kasus, lembaga kesehatan global tersebut tidak menyebut nama negara manapun dan hanya memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak kemungkinan kasus yang dilaporkan.
Dikutip dari laman BBC, Sabtu (21/5/2022), kasus infeksi ini telah dikonfirmasi di 9 negara Eropa, serta Amerika Serikat (AS), Kanada dan Australia.
Perlu diketahui, Monkeypox paling sering terjadi di daerah terpencil yang terletak di wilayah Afrika Tengah dan Barat.
Tidak ada vaksin khusus untuk Monkeypox, namun vaksin cacar diklaim menawarkan 85 persen perlindungan karena kedua virus tersebut disebut sangat mirip.
Sejauh ini, lembaga kesehatan masyarakat di Eropa telah mengkonfirmasi kasus di Inggris, Spanyol, Portugal, Jerman, Belgia, Prancis, Belanda, Italia dan Swedia.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada Jumat kemarin, WHO mengatakan bahwa wabah yang muncul baru-baru ini 'tidak biasa, karena terjadi di negara-negara non-endemik'.
WHO juga memperingatkan agar publik tidak menstigmatisasi suatu kelompok atau komunitas karena penyakit itu.