Amerika Serikat: Rusia Raih Pendapatan Lebih Tinggi dari Penjualan Minyak Setelah Invasi Ukraina
Amerika Serikat: Rusia Raih Pendapatan Lebih Tinggi dari Penjualan Minyak Setelah Invasi Ukraina
TRIBUNBANTEN.COM - Rusia disebut bisa jadi memperoleh pendapatan lebih banyak dari bahan bakar fosilnya saat ini, dibandingkan sebelum negara itu menginvasi Ukraina.
Hal ini karena kenaikan harga global telah mengimbangi upaya Barat, untuk membatasi penjualannya.
Hal itu diungkapkan oleh Pejabat Keamanan Energi AS, Amos Hochstein.
Baca juga: Cegah India Beli Minyak Rusia, Pejabat Amerika Serikat Ngotot Sampai Terbang ke New Delhi
Hochstein mengatakan hal tersebut di hadapan anggota parlemen AS, dalam sidang yang diadakan pada Kamis (9/6/2022).
Menanggapi pertanyaan mengenai kenaikan pendapatan Rusia dari penjualan minyak mentah dan gasnya, Hochstein menjawab sulit untuk menyangkal kenyataan tersebut.
“Saya tidak dapat menyangkalnya,” kata Hochstein kepada Subkomite Senat untuk Kerjasama Keamanan Eropa dan Regional AS, yang dikutip dari Reuters.
Amerika Serikat dan Uni Eropa sepakat untuk melarang impor minyak Rusia dan meningkatkan sanksi untuk menghukum negara tersebut atas invasinya ke Ukraina.
Namun langkah-langkah tersebut justru memicu lonjakan harga minyak dan gas global.
Harga minyak mentah Brent pada Kamis kemarin berada di level 123 dolar AS per barel.
Rusia dilaporkan telah menjual lebih banyak minyak ke pembeli lain, termasuk konsumen energi utama China dan India, dengan menawarkan lebih banyak diskon.
Sehingga hal ini memicu peningkatan pendapatan bahan bakar fosil Rusia.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Mei lalu, pendapatan minyak Rusia meningkat 50 persen sejak awal tahun ini menjadi 20 miliar dolar AS tiap bulan.
Larangan Uni Eropa terhadap minyak Rusia yang akan berlaku penuh akhir tahun ini, diperkirakan dapat memangkas pendapatan energi Rusia.
Hochstein juga mengapresiasi sanksi baru UE yang menargetkan asuransi kargo yang membawa minyak Rusia.
“Kami ingin melihat bagaimana kami dapat menggunakan sanksi itu untuk memengaruhi pasar yang lebih luas di luar AS dan Eropa, jadi tidak ada yang mengambil untung,” ungkapnya.