Ini Jurus Jitu PLN Memproduksi Listrik Hijau Setara 487 MWh untuk Menekan Emisi Karbon

Dari hasil co-firing, PLN bisa memproduksi listrik hijau setara 487 megawatt hours (MWh).

dokumentasi PLN
Sejak 2020, PLN telah menggunakan teknologi co-firing, yaitu subtitusi batu bara dengan biomassa untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). 

TRIBUNBANTEN.COM - Sejak 2020, PLN telah menggunakan teknologi co-firing, yaitu subtitusi batu bara dengan biomassa untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Hingga Mei 2022, sudah ada PLTU yang menerapkan co-firing.

Dari hasil teknologi co-firing, PLN bisa memproduksi listrik hijau setara 487 megawatt hours (MWh).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan penerapan teknologi co-firing merupakan bukti keseriusan PLN untuk mendukung pemerintah menekan emisi karbon.

Baca juga: Potensi Wisata Menakjubkan, PLN UID Banten Bangun Beragam Fasilitas Ekowisata Situterate di Cikande

Selain itu, juga mempercepat pemenuhan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebanyak 23 persen pada 2025.

"Kami terus meningkatkan bauran energi hijau dalam penyediaan listrik nasional sebagai wujud nyata transformasi PLN melalui aspirasi green," ujarnya.

Implementasi teknologi co-firing juga mampu memberikan dampak penurunan emisi karbon sebesar 184 ribu ton CO2 dan gas rumah kaca per April 2022.

"Dengan menerapkan teknologi co-firing, PLN dapat dengan cepat mengurangi emisi karbon dan peningkatan bauran EBT karena tidak perlu membangun pembangkit baru," kata Darmawan.

Pada tahun ini, PLN menargetkan teknologi co-firing diterapkan di 35 PLTU, dengan total kebutuhan biomassa 450 ribu ton dan dapat menekan emisi CO2 340 ribu ton CO2.

Jumlah ini akan meningkat lima kali lipat pada tahun depan dan PLN memerlukan 2,2 juta ton biomassa.

Kebutuhan biomassa akan terus meningkat hingga 10,2 juta ton pada 2025 sehingga dapat menekan emisi karbon sebesar 11 juta ton CO2 dan gas rumah kaca setiap tahunnya.

“Program ini ditargetkan rata-rata menggunakan 10-20 persen dari kapasitas PLTU PLN untuk co-firing atau ekuivalen sekitar 2.700 MW," ucapnya.

Menurut Darmawan, co-firing akan terus dilakukan PLN sampai paling tidak 52 titik PLTU bisa menggunakan teknologi ini pada 2025.

Baca juga: Dukung Investasi di KEK Tanjung Lesung, PLN Siap Berikan Listrik Andal dan Berkualitas

Dalam pelaksanaan co-firing, PLN Grup telah memanfaatkan limbah, antara lain serbuk kayu atau sawdust, woodchip, bonggol jagung, dan solid recovered fuel (SRF) dari sampah.

Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, PLN telah mendapatkan kepastian pasokan dari sinergi BUMN, pemerintah daerah, swasta hingga masyarakat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved