Kearifan Lokal Orang Sunda Jadi Penangkal Intoleransi di Jawa Barat

Kearifan lokal orang Sunda menjadi benteng pertahanan mereka, agar tidak terpapar perilaku intoleransi serta paham radikalisme.

Editor: Glery Lazuardi
istimewa
H.M. Rafani Achyar, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat 

“Jawa Barat itu sangat luas dan sangat padat penduduknya. Secara sosial, sangat heterogen. Warga dari berbagai suku dan agama di tanah air, leluasa bermukim di Jawa Barat,” ungkap H.M. Rafani Achyar, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat.

Dengan kata lain, manusia hati terbuka dan mesra menerima, sebagaimana digambarkan budayawan Ajip Rosidi, masih terasa hingga kini.

Agaknya, memang demikianlah realitas yang sesungguhnya.

Bahkan, sebagaimana dituturkan Rafani Achyar,

“Meski FKUB didirikan oleh tokoh agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, tapi kami juga merangkul tokoh Sunda Wiwitan sebagai bagian dari FKUB.”

Sejumlah literatur mencatat, Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat suku Sunda.

Kepercayaan itu telah ada sebelum datang ajaran Hindu, Buddha, dan Islam ke Jawa Barat. Hingga kini, pengikut Sunda Wiwitan bermukim di wilayah Kasepuhan Ciptagelar Cisolok Sukabumi, Kampung Naga Tasikmalaya, Cigugur Kuningan, Desa Adat Cireundeu Cimahi, dan Kabupaten Bogor.

“Kami di Forum Kerukunan Umat Beragama Jawa Barat, senantiasa merawat kearifan lokal, yang kerap disebut sebagai local wisdom,” ungkap Rafani Achyar.

Kongkritnya, ia menjelaskan,

“Kearifan lokal silih asih, silih asah, dan silih asuh misalnya, diterima serta dipahami oleh semua penganut agama dan kepercayaan di Jawa Barat, sebagai perekat sesama.”

Dari berbagai diskusi dan interaksi dengan para penganut agama dan kepercayaan di Jawa Barat, Rafani Achyar menyebut, warga meyakini bahwa local wisdom tersebut, menjadi salah satu benteng pertahanan warga, agar tidak terpapar perilaku intoleransi serta paham radikalisme.

Indeks Kerukunan Umat Beragama

Jawa Barat yang dihuni manusia hati terbuka dan mesra menerima serta di sana bermukim warga dengan beragam suku, agama, dan kepercayaan yang meyakini local wisdom sebagai perekat, tentulah hal yang menggembirakan.

Dalam konteks membentengi perilaku intoleransi serta paham radikalisme, semua itu sangatlah penting.

Meski demikian, hal tersebut diusik oleh sejumlah survey beberapa waktu lalu, yang menyebut bahwa toleransi umat beragama di Jawa Barat, rendah.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved