Kisah Janda di Cilegon, Tinggal di Gubuk Reyot Beralaskan Tanah, Butuh Uluran Tangan
Rofiah (48), seorang janda di Cilegon Banten, hidup dalam keterbatasan. Rofiah tinggal di gubuk reyot berukuran 5X3 meter beralaskan tanah.
Penulis: Sopian Sauri | Editor: Glery Lazuardi
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Sopian Sauri
TRIBUNBANTEN.COM, KOTA CILEGON - Rofiah (48), seorang janda di Cilegon Banten, hidup dalam keterbatasan.
Rofiah tinggal di gubuk reyot berukuran 5X3 meter beralaskan tanah.
Tempat tinggal Rofiah ditutup plastik dan kayu-kayu bekas.
Sementara itu, kamar mandi tidak layak.
Di rumah itu, Rofiah tinggal bersama anaknya yang masih duduk di bangku SLTA.
Baca juga: Kuli Bangunan di Cilegon Kesetrum Listrik Tegangan 20 Ribu Volt, PLN: Ini Tidak Ada Koordinasi!
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, biasanya dirinya bekerja sebagai buruh serabutan.
Karena kondisi dirinya sudah tua dan tidak mampu bekerja, ia hanya mengandalkan bantuan tetangganya.
Kediaman gubuk Rofiah sebelumnya sempat diviralkan di media sosial yang disebarkan oleh salah satu warga yang mendatangi rumahnya. Dalam video yang beredar itu tampak Rofiah hendak menceritakan keadaannya kepada warga yang datang tersebut.
Bahkan, dari video viral itu, ia mengaku tidak pernah mendapatkan Bantuan Sosial (Bansos) dari Pemerintah, hanya mendapatkan bantuan setahun sekali dengan beras sebanyak 5 liter yang dari balai desa.
Selain itu, untuk sekedar makan dirinya hanya mencari dedaunan yang bisa dimasak seperti daun kelor dan yang lainnya.
Saat ditemui TribunBanten.com dirumanya, Rofiah mengaku, rumah gubug yang ia tempati bukan miliknya melainkan milik PT.
Dirinya mengaku sudah menjanda setahun terakhir, lantaran suaminya telah meninggal duni karena sakit.
“Sedih ibu juga, di sini enggak punya apa-apa, gubug juga rusak. Sekarang mah enggak bisa kerja, dulu mah ikut nanam kacang sekarang mah di rumah saja sakit-sakitan,” kata Rofiah di rumahnya, Rabu (28/9/2022).
Baca juga: Kantor Imigrasi Cilegon Sudah Pangkas Proses Pembuatan Kitas, Penjamin WNA: Saya Diberikan Kemudahan
Ia juga mengaku jarang mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Hanya beras 5 kilogram setahun yang lalu.
“Dapat tahun lalu dapat beras 5 kilogram, itu aja. Enggak dapat apa-apa lagi,” jelasnya.
Dirinya juga mengaku, hanya mengharapkan belas kasih dari warga sekitar. Sebelumnya dia bersama dengan suami ikut menjadi kuli cetak bata di kampung tetangga.
Sementara itu, Lurah Gunung Sugih Rustam Effendi mengatakan, pihak keluarahan telah memberikan bantuan yang bersifat temporer dan sedang diusulkan pada bantuan yang lain.
Rustam menyatakan, Rofiah memiliki masalah pada NIK sehingga tidak terdata pada DTKS.
Baca juga: Wisata Banten: Bukit Cipala di Merak Cilegon Jadi Spot Fotografi Sunset Terbaik di Tanah Jawara?
“Nanti akan kami usulkan di DTKS,” kata Rustam, Rabu.
Ia mengatakan, dua tahun lalu kelurahan telah mengusulkan program rumah tidak layak hini (Rutilahu).
Akan tetapi tempat tinggal yang ditempati Rofiah merupakan lahan milik perusahaan. Karena itu, program tersebut tidak bisa dilaksanakan.
“Kalau regulasi itu dirubah, mungkin bisa kita bangun. Tetapi karena tidak boleh di lahan orang lain, kitapun tidak bisa apa-apa,” jelasnya
Tidak hanya itu, Rustam juga menegaskan pihaknya akan kembali melakukan pendataan ulang, agar Rofiah bisa terakomodir menerima bantuan sosial.
"Seluruhnya ada sekitar 300 orang yang sudah menerima bantuan dan daftar tunggu DTKS ada kurang lebih, 400 orang. Maka dari itu, kami menyisir perihal yang sudah meninggal, sudah pindah dan yang sudah tidak harus menerima bantuan kami sudah usulkan ke Dinsos agar dihapuskan," ujarnya.