Kenali Gejala DBD Pada Anak, Waspada Fase Kritis Saat Demam Turun
Sering kali kasus demam berdarah ringan tidak memiliki gejala yang muncul pada anak-anak dan juga remaja.
TRIBUNBANTEN.COM - Waspada demam berdarah dengue (DBD), ini gejala DBD pada anak.
Musim hujan mulai datang, waspada penyakit yang biasa muncul seperti demam berdarah dengue (DBD).
DBD yang disebabkan nyamuk aedes aegypti bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak.

Pada musim hujan tahun, Kementerian Kesehatan melaporkan lebih dari 13.000 kasus DBD yang terjadi di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, angka kematian akibat DBD mencapai 133 jiwa.
Baca juga: Kenali 3 Ciri-ciri DBD dari Fase Demam hingga Pemulihan, Waspada Fase Kritis Bisa Sebabkan Kematian
Memasuki musim penghujan tahun ini, tak ada salahnya kita mulai mewaspadai penyakit akibat virus dengue ini.
Gejala umum yang muncul akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini adalah demam yang mendadak, sakit kepala, ruam, dan nyeri di seluruh tubuh.
Jika gejala tersebut terjadi pada orang dewasa, biasanya akan cepat disadari. Tapi, bagaimana jika gejala-gejala tersebut terjadi pada anak-anak atau bahkan balita yang masih sulit mengungkapkan yang dirasakan pada tubuh mereka?
Sayangnya, sering kali kasus demam berdarah ringan tidak memiliki gejala yang muncul pada anak-anak dan juga remaja.
Baca juga: 7 Tips Meningkatkan Daya Tahan Tubuh agar Tak Mudah Sakit di Musim Hujan, Perhatikan Asupan Makanan
Gejala DBD pada anak
Merangkum dari Mayo clinic, ketika gejala muncul anak-anak dan remaja biasanya sudah empat hingga tujuh hari terinfeksi.
Saat itu, gejala yang terlihat seperti berikut ini:
1. Demam lebih dari 40 derajat Celcius mendadak dan tanpa sebab yang jelas
2. Sakit kepala
3. Nyeri otot, tulang, dan sendi
4. Mual
5. Muntah
6. Rasa sakit di belakang mata
7. Ruam
8. Pendarahan ringan dari hidung atau gusi
9. Tidak nafsu makan
Jika ciri-ciri di atas muncul pada anak Anda, ada baiknya segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Kebanyakan kasus DBD ringan akan berlangsung selama dua hingga tujuh hari. Meski begitu, keadaan bisa menjadi parah hingga mengancam jiwa.
Fase kritis