Kembali Muntahkan Awan Panas Guguran, Ini Sejarah Meletusnya Gunung Merapi

Kembali memuntahkan awan panas dan lava pada Sabtu (11/3/2022 sekira pukul 12.12 WIB, ini sejarah meletusnya Gunung Merapi.

|
Editor: Abdul Rosid
Dok/BNPB
Kembali memuntahkan awan panas dan lava pada Sabtu (11/3/2022 sekira pukul 12.12 WIB, ini sejarah meletusnya Gunung Merapi, gunung apai yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. 

Setelahnya sejarah letusan Gunung Merapi baru ditemukan tercatat pada masa kolonial Belanda sekitar abad ke-17. Sementara letusan sebelumnya hanya dicatat berdasarkan waktu relatif.

Sejak tahun 1600-an tercatat Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun.

Masa istirahat istirahat terpanjang Gunung Merapi yang pernah tercatat adalah selama 18 tahun yaitu pada abad ke-18 dan abad ke-19.

Meski begitu ditemukan pula fakta bahwa masa istirahat berpengaruh kepada indeks letusannya namun lebih tergantung pada sifat kimia magma dan sifat fisika magma.

Adapun sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan dengan terjadinya letusan besar pada abad ke-19 yaitu tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan serta abad ke-20 yaitu antara tahun 1930-1931 (Newhall, 2000).

Pada erupsi besar pada 14 Juni 2006 yang meluluhlantakkan dusun Kaliadem terjadi perubahan arah letusan ke arah tenggara dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.

Selanjutnya letusan besar terjadi kembali pada tahun 2010 setelah sebelumnya pada 25 Oktober 2010 status Gunung Merapi ditetapkan 'Awas' (Level IV).

Pada 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB terjadi letusan eksplosif disertai dengan awan panas dan dentuman yang kembali menelan korban tewas 353 orang termasuk juru kunci Mbah Maridjan.

Karakteristik Letusan Gunung Merapi dan Wedhus Gembel

Dari tipe letusannya, Gunung Merapi dicirikan oleh magma yang naik ke permukaan dan membentuk kubah lava di tengah kawah secara aktif di sekitar puncak.

Munculnya lava ini akan mempengaruhi lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi yang disebut dengan guguran lava.

Lava baru akan membentuk kubah yang bisa mencapai ratusan ribu meter kubik per hari dan cenderung tidak stabil.

Apabila kubah lava ini didorong oleh tekanan gas akan menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas guguran ke arah lembah sungai yang menjadi ancaman bahaya yang utama dan dikenal warga setempat dengan sebutan Wedhus Gembel.

 

Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved