Terkuak! Sebelum Dukung Prabowo, Budiman Disebut Pernah Minta Jatah Menteri ke PDIP, Tapi Ditolak
Ternyata ada latar belakang sakit hati ketika Budiman Sudjatmiko memutuskan bergabung dengan kubu Prabowo Subianto.
TRIBUNBANTEN.COM - Kubu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya membuka kartu Budiman Sudjatmiko.
Politikus PDIP Deddy Yevri Sitorus menyatakan, ada latar belakang sakit hati ketika Budiman Sudjatmiko memutuskan bergabung dengan kubu Prabowo Subianto.
Deddy menyebut Budiman Sudjatmiko pernah minta garansi kepada PDIP, agar mendapat jatah menteri.
Permintaan itu disampaikan langsung kepada Sekjen PDIP Hastro Kristiyanto.
Baca juga: Soal Budiman Sudjatmiko Gabung Partainya Prabowo Bila Dipecat dari PDIP, Ini Kata Waketum Gerindra
Deddy menyebut, bahwa Budiman meminta untuk menjadi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) walau hanya tiga bulan.
"Dia datang ke kita minta dijamin untuk bisa dapat jatah kursi menteri, walaupun hanya tiga bulan," kata Deddy kepada wartawan, Selasa (22/8/2023).
Namun, Deddy menuturkan kala itu Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto menolak permintaan Budiman.
Hasto beralasan, bahwa penunjukan menteri merupakan hak prerogatif Presiden Jokowi, dan PDIP tidak bisa memberi jaminan.
"Oleh Sekjen ditolak dong. Mana bisa menggaransi itu. Itu kan hak prerogatif presiden. Kita saja pun, hanya bisa merekomendasikan kepada Presiden Jokowi," ujar Deddy.
Dia menuturkan bahwa PDIP membiarkan Budiman berdansa politik.
"Ya biarin aja dulu dia berdansa-dansa, apa namanya, jadi penentu lah kalau di dalam kepalanya, entah penentu apa? Dia aja nyaleg gagal," imbuhnya.
Adapun pernyataan Deddy ini muncul setelah Budiman Sudjatmiko menyatakan dukungan untuk Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (capres).
Sebelumnya Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoutri menyebut Budiman sedang berdansa politik dan itu biasa menjelang Pemilu.
Megawati bahkan sudah memprediksi hal seperti bakal terjadi dan tidak akan berhenti pada manuver eks Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu.
Dalam kunjungannya ke kantor DPD PDIP Yogyakarta, Megawati sempat menyinggung nama Budiman.
Seperti diketahui aktivis 1998 itu membangkang terhadap perintah Megawati untuk memenangan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.
Alih-alih memberi dukungan, Budiman justru berlabuh dalam pelukan Prabowo Subianto.
Kemudian mereka mendeklarasikan berdirinya Relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) akhir pekan lalu di Semarang, Jawa Tengah.
Terkait manuver Budiman, Megawati menggambarkan politik Indonesia ke depan mirip suasana saat berdansa.
"Nih, kalau mau ditulis sama wartawan. Saya sebut kasus nih, Pak Budiman Sudjatmiko,” kata Megawati disambut sorakan oleh kader PDI-P yang hadir di Kantor DPD PDI-P DIY, Selasa (22/8/2023).
Megawati Soekarnoputri mengecek setiap ruangan di Kantor DPD PDI-P Yogyakarta didampingi Ketua DPD PDI-P Yogyakarta, Nuryadi, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto dan bacapres Ganjar Pranowo.
Dia mengungkapkan, saat awal periode kedua pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden, Jokowi saat itu menanyakan kondisi politik Indonesia menjelang Pemilu 2024.
“Bu, suasana nanti ketika akan pemilu kalau menurut Ibu, suasananya seperti apa,” ujar Megawati menirukan Jokowi.
Pertanyaan ini lalu dijawab oleh Megawati bahwa pada Pemilu 2024 kondisi politik di Indonesia seperti orang berdansa. Jawaban Megawati membuat Jokowi bingung.
“Itu simbol. Berdansa itu bisa sendiri, bisa dua orang, bisa ramai-ramai. Terus bisa slow motion (gerakannya pelan). Terus, ada rock and roll.
Nanti kalau sudah, gonta ganti pasangan. Yang sono ganti sono, yang sini ganti sini,” ujar Megawati.
Megawati mengungkapkan, saat itu Jokowi tertawa kecil mendengar penjelasannya.
Sebelumnya, Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Budiman Sudjatmiko menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto pada Pemilu 2024.
Tentu saja dukungan ini diketahui berbeda dari sikap PDI-P yang sebelumnya telah mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden pada Pemilu 2024.
Menurut Budiman, perubahan sikap politiknya ini tak lepas dari buku Paradoks Indonesia yang ditulis oleh Prabowo Subianto.
Dalam buku itu, Budiman menilai bahwa Prabowo memiliki semangat yang sama dengan para aktivis.
"Setelah 25 tahun membaca Paradoks Indonesia yang ditulis Pak Prabowo semangatnya sama dengan aktivis yang memperjuangkan Indonesia," kata Budiman, Jumat (18/8/2023).
Baca juga: Dulu Doyan Kritik Prabowo, Kini Budiman Sudjatmiko Jadi Pendukung Sang Menhan di Pilpres 2024
Karenanya, ia berani mengambil risiko mendukung Prabowo, dibandingkan bakal capres lainnya.
Kepada Prabowo, Budiman pun menitipkan kemajuan desa jika terpilih menjadi presiden.
"Tolong Pak Prabowo majukan kesejahteraan umum dengan mengembangkan koperasi, desa, dan jaminan sosial untuk rakyat Indonesia," ujar dia.
Atas pilihannya itu Budiman diberi dua opsi oleh PDIP, mundur sebagai kader partai atau dipecat.
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Budiman Sudjatmiko Minta Jatah Jadi Menteri tapi Ditolak, Lalu Dukung Prabowo, kata Politikus PDIP
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.