Kisah KH Ahmad Rifa'i Arief, Bapak Pondok Pesantren Modern di Banten yang Wafat saat Sedang Sholat!

KH Ahmad Rifai Arief adalah sosok pelopor pendidikan pesantren modern di Banten. Ia mendirikan dua pesantren Daar El-Qolam dan La Tansa.

Penulis: Ahmad Haris | Editor: Ahmad Haris
Dok. Daar El-Qolam
KH Ahmad Rifai Arief adalah pendiri Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Pondok Pesantren La Tansa, serta perguruan tinggi La Tansa Masiroh. 

Pada tahun 1997, lebih kurang 200 rancangan mengajar (i`dad) santri kelas terakhir mesti ia koreksi.

Setelah I`dad itu mendapat kelulusan dari musyrif pertama pertama dan keduanya. Jika telah mendapatkan kelulusan dari kiyainya, mereka baru boleh mengajar itupun masih diawasi oleh musyrif pertama dan keduanya.

Selain itu acara yang cukup menyibukkan setiap tahun ialah Khutbah al- Wada` dan Tafwîdl al-Syahâdah.

Pada acara tersebut, ia mesti menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan para santri dan orang tua mereka, sekaligus menyerahkan ijazah sebagai tanda berakhirnya pelajaran para santri kelas akhir di pondok pesantren.

Kolase foto Ponpes La Tansa dan kegiatan santrinya.
Kolase foto Ponpes La Tansa dan kegiatan santrinya. (Kolase TribunBanten.com/Instagram @latansa)

Pada hari Sabtu 14 Juni 1997 M, di Pondok Pesantren La Tansa ia menyampaikan khutbah atau nasihat terakhirnya di hadapan santri dan orang tua mereka.

Setelah itu ia kembali ke rumahnya di Gintung, karena esoknya ia mesti menyampaikan "kuliah etiket" kepada santri-santrinya yang akan pulang ke rumah mereka dalam rangka libur akhir tahun ajaran 1996/1997.

Pada Ahad 15 Juni 1997 pukul 07.00 pagi, Kiyai Rifa'i menuju aula pondok.

Wajah kira-kira 2000 santri Daar el-Qolam kelihatan ceria menunggu kedatangan beliau, apalagi hari tersebut adalah dimulainya liburan akhir tahun pelajaran.

Mereka tidak sabar mendengar pesan dan nasihat kiyainya sebagai bekal mengisi masa liburan di rumah.

Para guru juga sudah menunggu beliau di depan pintu sekretariat pondok.

Sekitar pukul 07.15 pagi, beliau datang memakai jas biru tua dengan baju putih dan celana panjang dengan warna yang sama dengan jasnya. Dasi dan peci menambah keserasian busananya pagi itu.

Seperti biasa ia memberikan nasihat kepada santri-santrinya tentang bagaimana mengisi masa libur dengan baik.

Pukul 09.00 pagi, beliau telah selesai memberikan ceramah, kemudian meninggalkan aula dan kembali ke rumahnya.

Di rumahnya sudah menunggu beberapa orang tua murid yang juga hendak berpamitan pulang membawa anaknya.

Setelah itu beliau istirahat di kamarnya, sebelum itu ia minta dipijat oleh anaknya, Ahmad Faisal Hadziq.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved