104 Kasus Penderita HIV/Aids Kota Cilegon: Usia 25-49 Tahun, Paling Banyak Gara-gara Hubungan LSL
Angka ini lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang tercatat 139 kasus.
Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Agung Yulianto Wibowo

Laporan Wartawan TribunBanten.com Ahmad Tajudin
TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON - Januari 2023-Oktober 2023, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon mencatat ada 104 kasus Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/Aids).
Angka ini lebih sedikit dibandingkan periode yang sama pada 2022 yang tercatat 139 kasus.
Kabid Upaya Kesehatan Perorangan dan Masyarakat Dinkes Kota Cilegon, Febri Naldo, mengatakan penyebab paling banyak adalah pengguna narkoba suntik dan lelaki seks lelaki (LSL).
Baca juga: Dinkes Kota Cilegon Perkuat Langkah Pencegahan untuk Tekan Angka Kasus HIV AIDS
"Angkanya sekitar 25 persen. Ada juga yang karena seksi bebas bergonta-ganti pasangan," ujarnya melalui sambungan telepon, Sabtu (2/12/2023).
Febri berharap pada bulan akhir 2023 ini tidak ada penambahan kasus lagi.
Dari 104 kasus yang tercatat, rata-rata dialami orang berusia produktif, yaitu 25-49 tahun.
Febri mengaku Dinkes Kota Cilegon telah berupaya dengan berbagai cara untuk menekan angka kasus HIV/Aids.
"Di antaranya kemarin kami adakan peringatan hari HIV/Aids sedunia. Kami undang masyarakat Kecamatan Jombang, Cilegon, dan Purwakarta, serta lembaga swadaya masyarakat," katanya.
Peringatan itu sekaligus sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman bahwa HIV itu berbahaya.
"Supaya masyarakat takut melakukan hal-hal yang bisa terjadi penularan itu," ucap Febri.
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai masyarakat agar tidak terjangkit virus HIV, di antaranya tidak seks bebas, hindari berganti pasangan dan homoseksual, serta menjauhi penggunaan narkoba.
Baca juga: Sejarah Hari AIDS Sedunia yang Diperingati pada 1 Desember, Dideklarasikan sejak Tahun 1987
"Kami ajak seluruh masyarakat, supaya bisa berkolaborasi dan berkontribusi untuk memberikan informasi ke keluarga dan lingkungannya," katanya.
Selain itu, Dinkes meminta para petugas promkes di setiap puskesmas untuk meningkatkan sosialisasi.
"Kami juga melakukan skrining bagi yang berisiko tinggi penyebaran HIV," ucap Febri.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.