Cara Mudah Tentukan Arah Kiblat, Matahari Melintas di Atas Ka'bah 15-16 Juli 2024

Lakukan ini pada saat terjadi fenomena Istiwa A'zam atau matahari melintas di atas Ka'bah pada 15 dan 16 Juli 2024.

Editor: Glery Lazuardi
TribunBanten.com/Tajudin
Ilustrasi ibadah salat. 

TRIBUNBANTEN.COM - Berikut ini cara mudah menentukan arah kiblat.

Lakukan ini pada saat terjadi fenomena Istiwa A'zam atau matahari melintas di atas Ka'bah pada 15 dan 16 Juli 2024.

Baca juga: Ini Tata Cara, Bacaan Niat, Dzikir dan Doa Setelah Salat Sunnah Tahajud

Cara menentukan arah kiblat shalat

Umat Islam melakukan shalat menghadap kiblat sesuai dengan posisi ka'bah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi.

Hal ini diatur dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 5 Tahun 2010 tentang Arah Kiblat.

Berdasarkan fatwa tersebut, umat Islam dapat shalat menghadap ke ka’bah jika dapat melihatnya, sesuai arah ka'bah jika tidak dapat melihat bangunan tersebut, atau menghadap ke barat laut sesuai dengan letak kawasan masing-masing.

Namun, ada kalanya umat Islam akan kesulitan menentukan arah yang tepat saat akan beribadah.

Berikut sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menentukan arah kiblat shalat bagi umat Islam.

1. Menggunakan kompas

Dikutip dari situs Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), penentuan kiblat arah shalat dapat dilakukan menggunakan kompas.

Kompas adalah alat bantu navigasi yang bekerja menggunakan medan magnet bumi untuk menunjukkan arah mata angin.

Jarum magnetis kompas akan selalu mengarah ke utara dan selatan Bumi.

Oleh karena itu, orang yang ingin mencari arah kiblat tinggal menemukan arah barat laut menggunakan kompas.

Alat ini dapat dibeli di pasaran, terpasang di sajadah tertentu, atau tersedia dalam aplikasi ponsel.

Untuk menyesuaikan dengan posisi Kakbah, muslim di Indonesia bisa disesuaikan posisi kiblat untuk menghadap Kakbah di Makkah sekitar 295,15 derajat.

Baca juga: Ingin Keinginan Terwujud? Yuk Salat Tahajud, Ini Bacaan Niat, Doa dan Tata Cata Mengerjakannya!

2. Aplikasi pencari kiblat

Seiring kemajuan teknologi, banyak pengembang meluncurkan aplikasi petunjuk arah kiblat yang dapat diakses menggunakan ponsel.

Aplikasi ini akan otomatis mengarahkan penggunanya menuju arah kiblat sesuai tempatnya berada.

Jika berubah lokasi, aplikasi tersebut akan mengikuti perubahan tersebut saat menentukan arah kiblat yang sesuai.

Aplikasi semacam ini biasanya juga dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan, seperti panduan shalat, kumpulan doa, waktu shalat, bahkan Al Quran digital.

3. Google Qibla Finder

Google ternyata juga menyediakan fitur untuk menentukan arah kiblat bernama Qibla Finder.

Fitur ini bisa diakses menggunakan ponsel.

Caranya, buka alamat situs qiblafinder.withgoogle.com lewat browser.

Kemudian, ikuti petunjuknya untuk melihat arah kiblat sesuai posisi saat ini.

Qibla Finder bekerja mirip dengan Google Maps.

Orang yang menggunakannya akan dapat mengetahui arah kiblat serta letak dan jauhnya dari lokasi pengguna tersebut.

4. Arah Matahari

Menentukan kiblat menggunakan arah Matahari menjadi cara manual yang digunakan sejak zaman dulu.

Ini mirip ketika nenek moyang menggunakan Matahari sebagai alat navigasi.

Seperti diketahui, Matahari terbit di timur dan terbenam di barat.

Sementara kiblat Indonesia berpatokan ke arah barat laut.

Oleh karena itu, umat Islam dapat mengetahui arah kiblat dengan menggunakan Matahari sebagai patokannya.

Ketika Matahari terbenam di barat, maka posisi kiblat akan sedikit miring ke kanan sesuai arah barat laut.

5. Titik Matahari di atas ka'bah

Dikutip dari website Muhammadiyah, penentuan arah kiblat dapat dilakukan dengan mengamati ketika Matahari berada tepat berada di atas ka’bah.

Ini terjadi ketika lintang ka'bah sama dengan deklinasi Matahari atau saat titik edar Matahari tepat di atas ka'bah. Kejadian ini terjadi setiap tanggal 28 Mei atau 27 Mei untuk tahun kabisat pukul 16.18 WIB dan tanggal 16 Juli atau 15 Juli pukul 16.27 WIB.

Untuk melakukannya, letakkan tongkat atau benda sejenis di tempat datar yang memperoleh cahaya Matahari.

Ketika Matahari menyinari benda tersebut maka akan menghasilkan bayangan yang searah dengan arah kiblat.

6. Manfaatkan bayang-bayang kiblat

Salah satu metode pengukuran arah kiblat lainnya adalah dengan memanfaatkan bayang-bayang kiblat.

Langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut.

Pertama, cari sudut arah kiblat di suatu tempat. Lalu, hitung saat kapan Matahari membuat bayang-bayang benda tegak mengarah persis ke Ka'bah.

Kemudian, amati bayang-bayang benda yang berdiri tegak tersebut. Terakhir, abadikan bayang-bayang tersebut sebagai arah kiblat.

7. Manfaatkan utara geografis

Cara selanjutnya yang dapat ditempuh untuk menentukan arah kiblat adalah menggunakan arah utara geografis atau true north. Berikut langkahnya.

Pertama, cari sudut arah kiblat di suatu tempat. Kedua, tentukan arah utara geografis atau true north dengan bantuan kompas atau tongkat.

Lalu, ukur atau tarik arah kiblat berdasarkan arah utara geografis yang sudah ditentukan menggunakan busur derajat, segitiga, atau teodolit.

8. Layanan pengukuran kiblat Kemenag

Sementara itu, Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Islam memberikan layanan gratis pengukuran arah kiblat masjid dan mushala.

Dilansir dari situs resminya, masyarakat bisa mendapatkan layanan pengukuran arah kiblat dengan mengajukan surat kepada Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama.

Surat tersebut bisa dikirim melalui Fax 021 31907309 atau email pembinaansyariah@yahoo.com.

Setelah itu, Ditjen Bimas Islam akan menugaskan 2-4 petugas untuk mengukur arah kiblat pada siang hari dan saat tidak hujan.

Matahari di Atas Kabah

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau umat muslim Indonesia untuk mengecek arah kiblat pada 15 dan 16 Juli 2024. Imbauan disampaikan seiring terjadinya fenomena Istiwa A’zam atau matahari melintas di atas Ka'bah.

Pada momen tersebut, bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus akan mengarah membelakangi arah kiblat.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib mengatakan, berdasarkan tinjauan astronomi ilmu falak, terdapat sejumlah teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi arah kiblat.

Teknik tersebut di antaranya menggunakan kompas, theodolite, serta fenomena posisi matahari melintasi tepat di atas Ka’bah atau Istiwa A'zam.

“Peristiwa Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat akan terjadi pada Senin dan Selasa, 15 dan 16 Juli 2024 bertepatan dengan 9 dan 10 Muharam 1446 H pada pukul 16:18 WIB atau 17:18 WITA. Saat itu, matahari akan melintas tepat di atas Ka'bah," kata Adib di Jakarta, dikutip dari laman resmi Kemenag, Sabtu (13/7/2024).

Adib mengungkapkan, fenomena tersebut menjadi momentum bagi umat muslim dapat melakukan pengukuran atau kalibrasi arah kiblat tanpa menggunakan alat atau keterampilan khusus.

“Di saat Istiwa’ A‘zam, siapa saja, tanpa perlu memiliki keahlian atau perangkat teknologi khusus, bisa ‘meluruskan’ arah kiblatnya sendiri,” ujarnya.

Sebelumnya, pada 27 dan 28 Mei 2024, Kemenag menggelar Hari Sejuta Kiblat yang melibatkan umat muslim di Indonesia melakukan kalibrasi arah kiblat secara serentak, dan mencetak rekor MURI.

Momen pengukuran dan verifikasi arah kiblat tersebut terjadi kembali pada 15 dan 16 Juli 2024.

"Momen Istiwa’ A‘zam ini bersifat konfirmatif, sehingga jika sudah benar, momen ini akan menegaskan kebenaran arah kiblat. Jika ada keraguan, ini menjadi kesempatan terbaik untuk memverifikasi arah kiblat,” jelas Adib.

Ia menuturkan, terdapat hal yang perlu diperhatikan saat masyarakat melakukan pengecekan arah kiblat pada momen Istiwa A'zam atau Rashdul Kiblat:

1. Pastikan benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus atau menggunakan lot/bandul.

2. Permukaan dasar harus datar dan rata.

3. Jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI atau Telkom.

Sun over the Kaaba

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved