Cerita Perajin Gantungan Ponsel dan Rajut Asal Kota Serang, Produknya Dibeli Pejabat hingga Menteri

Tidak hanya menerima pesanan gantungan ponsel, pemilik Liesa Handmade ini juga menjual kerajinan rajut

Penulis: Ade Feri | Editor: Agung Yulianto Wibowo
TribunBanten.com/Ade Feri
Herti Septiarosa sedang membuat gantungan ponsel di rumahnya, Senin (22/7/2024). 

Laporan Reporter TribunBanten.com, Ade Feri


TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Dalam posisi duduk bersila, Herti Septiarosa memotong benang giok sepanjang 30-35 cm.

Dia lalu mengambil satu per satu manik-manik beragam motif yang terbuat dari plastik dan keramik.

Manik-manik berlubang itu kemudian dimasukkan benang yang sudah dipotong Herti.

Baca juga: Bupati Serang Ratu Tatu Dorong Kerajinan Bambu Tegalmaja Tembus Pasar Internasional

Warga Perumahan Taman Mutiara Indah 2, Kelurahan Trondol, Kecamatan Serang, Kota Serang, ini sedang membuat aksesori gantungan ponsel pesanan pelanggan.

"Saya hanya membuat gantungan ketika ada pesanan," kata Herti di rumahnya, Sabtu (20/7/2024).

Untuk membuat satu gantungan, dia membutuhkan waktu berkisar antara 10 hingga 15 menit.

Gantungan itu dijual dengan harga Rp 15.000-Rp 30.000, tergantung jenis manik-manik yang dipakai.

Ada puluhan gantungan ponsel yang sudah jadi dan dimasukkan ke dalam kotak plastik kecil.

Barang yang berada di wadah kotak plastik itu seluruhnya merupakan pesanan pelanggan.

Dalam sehari, Herti mengaku bisa membuat hingga 40 gantungan handphone.

Tidak hanya menerima pesanan gantungan ponsel, pemilik Liesa Handmade ini juga menjual kerajinan rajut, seperti, dompet, tas, baju, payung, sepatu, sandal, peci, dan wadah tisu.

Bahkan kerajinan tangan rajutannya menjadi produk unggalan dan diminati pejabat lokal sampai nasional.

Baca juga: Tradisi Sambut Maulid Nabi di Banten, Perajin Butuh Waktu 2 Jam Hias Kerajinan Panjang Mulud

"Alhamdulillah payung kerajinan saya pernah dibeli seorang menteri seharga Rp 1 juta di Pakupatan. Seorang pejabat Pemprov Banten juga sudah tiga kali membeli tas buatan Liesa Handmade seharga Rp 2,5 juta," ucapnya.

Seluruh kerajinan karya Herti dijual melalui media sosial, yaitu Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Selain itu, dia juga sering mengikuti pameran untuk memperkenalkan dan memasarkan Liesa Handmade.

Dari kerajinan karyanya itu, Herti mengaku sebulan mendapatkan rata-rata omzet Rp 2 juta-Rp 3 juta.

"Yang lumayan ketika ada acara seperti Serang Fair. Dalam seminggu hasilnya bisa mencapai Rp 10 juta," ujarnya.

Omzet dapat meningkat tiga kali lipat ketika memasuki momen Ramadan hingga Idul Fitri.

Baca juga: Kreatif! Puluhan Warga Tegal Maja Serang Buat Kerajinan Bambu, Raup Omzet hingga Puluhan Juta Rupiah

"Biasanya kalau momen itu orang banyak pesan peci rajut," ucapnya.

Menurut Herti, harga barang dipengaruhi tingkat kerumitan, motif, dan jenis bahan yang dipakai.

Barang-barang tersebut sepenuhnya dibuat menggunakan keahlian tangan tanpa bantuan mesin.

"Full rajut, jadi barangnya awet. Bisa sampai puluhan tahun tidak akan rusak," kata Herti.

Usaha rajut ini sudah ditekuninya sejak 2018.

"Awalnya cuma iseng, kemudian gabung dengan komunitas saung rajut banten" ucapnya.

Komunitas tersebut, saat ini memiliki 35 anggota yang tersebar di kabupaten/kota yang ada di Banten.

"Untuk yang di Kota Serang saya sendiri," ujarnya.

 

 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved