Kisah Achmad Fachrona dan Keluarga Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni di Rangkasbitung Lebak

Cerita Achmad Fachroni yang tinggal di rumah tidak layak huni di Rangkasbitung, Lebak, Selasa (24/12/24). 

Penulis: Misbahudin | Editor: Ahmad Haris
Misbahudin/TribunBanten.com
Achmad Fachroni, warga kampung Kota Baru, RT 03/16 nomor 12 L, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak, tinggal di rumah tdak layak huni. 

Laporan wartawan TribunBanten.com, Misbahudin 

TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Nasib memilikan dialami oleh Achmad Fachroni dan keluarganya.

Mereka tinggal di sebuah rumah tidak layak huni di bilangan Rangkasbitung, Lebak

Achmad Fachrona adalah warga kampung Kota Baru RT 03/RW 16, Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung. 

Baca juga: Bak Film Action! Petugas Stasiun Rangkasbitung Terlibat Aksi Kejar-kejaran dengan Pria Muncurigakan

Rumah yang dihuni lima orang ini tampak sangatlah memprihatinkan.

Sebab rumah yang mereka tinggali dalam kondisi rusak parah dan bocor. 

Padahal, jarak rumah Achmad Fachrona dari Kantor Bupati Lebak diperkirakan hanya kurang lebih 500 meter. 

Achmad Fachrona tinggal bersama istrinya bernama Wiwin, serta dua orang anak perempuan dan satu adik kandung. 

 

 

Anak pertamanya saat ini duduk di kelas 1 SMP, sedangkan anak keduanya masih sekolah TK.

Sementara, adik kandungnya yang tinggal bersama Achmad Fachroni memiliki keterbatasan fisik, sehingga menjadi tugas Achmad untuk mengurusinya. 

Rumah yang mereka tempati saat ini merupakan peninggalan orang tua Achamd sejak tahun 2018. 

Meksipun rusak parah dan sudah tidak layak dihuni, Achmad tidak ingin meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya itu. 

"Karena banyak kenangannya di sini, tambah lagi kalau kami mau pindah juga harus pindah kemana?," katanya. Selasa (24/12/24)

Ketika musim hujan, Achmad dan keluarga harus bergotong-royong membersihkan air yang masuk kedalam rumahnya tersebut.

Saat malam hari, mereka tidak pernah tidur nyenyak seperti orang-orang pada umumnya, lantaran mereka selalu dibayang-bayangi hujan turun di malam hari. 

"Jadi kami jarang tidur pulas saat malam kalau musim hujan sekarang ini," katanya. 

Bagi keluarga Achmad, air masuk ke dalam rumah sudah biasa, lantaran sudah terlalu sering. 

Achamd mengaku, bukan tidak ingin memperbaiki rumahnya. Namun akibat keterbatasan ekonomi membuatnya tidak mampu memperbaiki rumahnya yang rusak parah. 

"Siapa yang tidak mau liat keluarga yang nyaman dan aman di rumah," ucapnya.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Achmad hanya mengandalkan tarikan gas atau Ojek Online (Ojol). 

Penghasilan yang Achmad dapat dalam satu hari hanya Rp 70.000, belum lagi dipotong hutang aplikasi bekas pinjam untuk anak berobat. 

"Paling kalau ke rumah sisa Rp 30.000, belum dipotong bensin dan kuota internet," katanya. 

Achmad menceritakan, bahwa sebelum bapaknya meninggal dunia, bapak Achmad adalah tokoh masyarakat yang suka memberikan ceramah pengajian di sekitar kampung. 

Hal itu dibuktikan, adanya musholah di samping rumahnya tempat pengajian yang sudah ambruk. 

Baca juga: Tak Jauh dari Kantor Bupati, Satu Keluarga di Lebak Tidur di Rumah Tidak Layak Huni

Meskipun bapak Achamd adalah tokoh masyarakat, namun keluarganya tidak pernah mendapatkan perhatian. 

"Saya tidak berharap, tapi seharusnya ada," ucapnya. 

"Artinya kesusahan dan kebodohan saya dan istri, jangan sampai anak-anak saya mengikuti. Karena saya ingin anak-anak saya sukses seperti yang lain," katanya. 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved