Hari Kartini 21 April 2025, Ini Sejarahnya dan Biografi Singkat RA Kartini

Simak sejarah peringatan Hari Kartini 21 April lengkap dengan biografi singkat R.A. Kartini.

Editor: Vega Dhini
TRIBUN JABAR/ZELPHI
HARI KARTINI- Pekerja melakukan pelapisan ulang cat pada tugu tempat patung RA Kartini di pasangkan di Taman Kartini, Jalan Baros, Kecamatan CimahiTengah, Kota Cimahi, Senin (22/06/2020). Menjelang peringatan Hari Kartini pada Senin, 21 April 2025 mendatang, simak sejarah singkatnya dalam artikel ini. (TRIBUN JABAR/ZELPHI) 

TRIBUNBANTEN.COM - Simak sejarah peringatan Hari Kartini 21 April lengkap dengan biografi singkat R.A. Kartini.

Bangsa Indonesia memperingati perisitiwa bersejarah setiap tanggal 21 April yang dikenal dengan Hari Kartini.

Menjelang peringatan Hari Kartini pada Senin, 21 April 2025 mendatang, sudah tahukah mengenai sejarah peringatan ini?

Raden Ajeng Kartini atau R.A. Kartini adalah pahlawan nasional yang memperjuangan emansipasi perempuan.

RA Kartini adalah putri Jepara yang lahir pada 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1994
RA Kartini adalah putri Jepara yang lahir pada 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1994 (Via wikipedia)

Baca juga: Kumpulan Contoh Undangan Acara Hari Kartini 2025 untuk Warga, Sopan dan Singkat

Baca juga: 45 Kata-kata Mutiara Ucapan Hari Kartini 21 April 2025, Penuh Makna untuk Perempuan Indonesia

Berikut biografi singkat R.A. Kartini yang dikutip dari ppmkp.bppsdmp.pertanian.go.id:

Kartini merupakan anak perempuan dari seorang patih yang kemudian diangkat menjadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat.

Ibu dari Kartini yaitu M.A. Ngasirah merupakan istri pertama dari Sosroningrat yang bekerja sebagai guru agama di salah satu sekolah di Telukawur, Jepara.

Silsilah keluarga Kartini dari ayahnya, dapat ditelusuri terus hingga Sultan Hamengkubuwono IV.

Kemudian garis keturunan Sosroningrat sendiri juga dapat terus ditelusuri hingga pada masa Kerajaan Majapahit.

Awalnya, Ayah Kartini hanyalah seorang wedana (sekarang pembantu Bupati) di Mayong.

Pada masa itu, pihak kolonial Belanda mewajibkan siapapun yang menjadi bupati harus memiliki bangsawan sebagai istrinya.

Namun karena M.A. Ngasirah bukanlah seorang bangsawan, ayahnya kemudian menikah lagi dengan Radeng Adjeng Moerjam.

Radeng Adjeng Moerjam merupakan wanita yang memiliki keturunan langsung dari Raja Madura. Pernikahan tersebut juga langsung mengangkat kedudukan ayah Kartini menjadi bupati, menggantikan ayah dari R.A. Moerjam, yaitu Tjitrowikromo.

Sejarah Perjuangan R.A. Kartini

Saat R.A. Kartini berumur 12 tahun, ia dilarang melanjutkan studinya setelah sebelumnya bersekolah di Europese Lagere School (ELS) di mana ia juga belajar bahasa Belanda.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved