Hari Kartini 21 April 2025, Ini Sejarahnya dan Biografi Singkat RA Kartini

Simak sejarah peringatan Hari Kartini 21 April lengkap dengan biografi singkat R.A. Kartini.

Editor: Vega Dhini
TRIBUN JABAR/ZELPHI
HARI KARTINI- Pekerja melakukan pelapisan ulang cat pada tugu tempat patung RA Kartini di pasangkan di Taman Kartini, Jalan Baros, Kecamatan CimahiTengah, Kota Cimahi, Senin (22/06/2020). Menjelang peringatan Hari Kartini pada Senin, 21 April 2025 mendatang, simak sejarah singkatnya dalam artikel ini. (TRIBUN JABAR/ZELPHI) 

Pada tanggal 12 November 1903, Kartini dipaksa menikah dengan bupati Rembang oleh orangtuanya.

Bupati tersebut bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.

Sebelumnya, ia telah memiliki istri.

Namun, saat itu, istrinya mengetahui suaminya sangat mengerti cita-cita Kartini dan memperbolehkan Kartini membangun sebuah sekolah wanita.

Selama pernikahannya, Kartini hanya memiliki satu anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat.

Sejarah Ditetapkannya Hari Kartini pada 21 April

Mengutip dari kemdikbud.go.id, berikut sejarah ditetapkannya Hari Kartini:

Wafatnya R.A. Kartini tidak serta-merta mengakhiri perjuang R.A.Kartini semasa hidupnya.

Salah satu temannya di Belanda, Mr. J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mengumpulkan surat-surat yang dulu pernah dikirimkan oleh Kartini kepada teman-temannya di Eropa.

Kemudian Abendanon membukukan seluruh surat-surat R.A. Kartini.

Lalu seluruh surat itu diberi nama Door Duisternis tot Licht yang jika diartikan secara harfiah berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.

Buku ini diterbitkan pada tahun 1911 dan cetakan terakhir ditambahkan surat “baru” dari Kartini.

Namun, pemikiran-pemikiran tersebut tidak pernah dibaca oleh beberapa orang Pribumi yang tidak bisa berbahasa Belanda.

Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendanon yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran” dengan bahasa Melayu.

Kemudian pada tahun 1938, salah satu sastrawan bernama Armijn Pane yang masuk dalam golongan Pujangga Baru menerbitkan versi translasinya sendiri dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved