Program MBG di Tangsel Jadi Sorotan, Ada Sekolah yang Diduga Beri Makanan Basi hingga Tahu Berlendir

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Tangerang Selatan tengah menjadi sorotan setelah ditemukan makanan yang diduga tak layak konsumsi.

Editor: Ahmad Tajudin
Tribuntangerang.com/Ikhwana Mutuah Mico 
ILUSTRASI MBG - Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi sorotan setelah ditemukan makanan yang diduga tidak layak konsumsi. 

“Namanya emak-emak, sayang kalau mubazir. Saya cobain sedikit, tapi ternyata lembek. Rasanya aneh, kayak bakso, tapi lembek banget. Nggak tahu itu daging ayam atau ikan,” jelasnya.

Sang anak sendiri tidak menyadari ada yang salah dengan makanannya, hanya saja tidak memakannya.

“Anak saya SD, jadi nggak terlalu ngerti. Cuma bilang, ‘Mamah, baso-nya nggak dimakan.’ Baru saya cek di rumah,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa MBG di sekolah ini sempat diberikan sejak hari Senin. Namun kejadian makanan mencurigakan itu terjadi pada Kamis.

Sementara itu, seorang ibu bernama Aisyah (bukan nama sebenarnya) membenarkan adanya makanan yang dinilai kurang layak konsumsi.

Aisyah menjelaskan bahwa program MBG ini sudah pernah berjalan sebelumnya, saat anaknya duduk di kelas satu. 

Namun program tersebut baru aktif kembali setelah libur sekolah, tepatnya selama masa MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah).

"Terakhir itu anak saya dapat MBG pas MPLS, tepatnya di hari keempat. Sebelumnya juga pernah dapat saat kelas satu, setelah liburan," kata Aisyah di lokasi yang sama.

Ia mengaku makanan yang diterima anaknya saat MPLS kondisinya tidak layak.

"Waktu itu dikasih tahu isi, tapi dalamnya berlendir, aromanya juga asam," jelasnya. 

Ia menambahkan bahwa kualitas makanan yang kurang baik bukan hanya terjadi sekali.

"Bukan cuma itu. Kemarin juga sempat dikasih bubur kacang hijau, warnanya aneh, rasanya juga hambar dan basi. Anak saya nggak habisin, saya coba sendiri juga memang nggak enak," ujarnya.

Sebagai orang tua dari kalangan masyarakat biasa, ia menyarankan agar distribusi MBG lebih melibatkan pelaku UMKM yang bisa menyediakan makanan segar dan layak konsumsi.

"Kalau memang nggak bisa tangani untuk ratusan anak, lebih baik dikasih ke UMKM aja. Banyak kok katering kecil yang bisa dipercaya. Setidaknya kalau sudah dikerjakan langsung oleh pelaku usaha lokal, sajiannya nggak mengecewakan dan lebih terjamin," ungkap Aisyah.

Ia juga menyampaikan harapannya agar program MBG benar-benar memenuhi prinsip gizi seimbang, terutama karena sasarannya adalah anak-anak usia sekolah dasar.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved