Sekolah Rakyat

Warga Pandeglang Ini Ngaku Sangat Bersyukur Anaknya Bisa Masuk Sekolah Rakyat 33 Tangsel

Ayah Eha, Marta (60) mengaku, sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada putrinya, sehingga bisa mengenyam bangku SMA.

Editor: Ahmad Haris
Kolase TribunBanten.com/Ade
Marta (60) (kiri), ayah dari Eha (16) (kanan), mengaku sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada putrinya, sehingga bisa mengenyam bangku SMA. 

Laporan wartawan TribunBanten.com Ade Feri Anggriawan 

TRIBUNBANTEN.COM, TANGERANG SELATAN - Setiap anak berhak memiliki cita-cita tinggi, meski terlahir dari keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Hal itu lah yang hendak diraih oleh Eha (16 tahun), seorang gadis cantik asal Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, yang kini resmi menjadi siswa di sekolah rakyat 33 Kota Tangsel, Provinsi Banten.

Baginya, menjadi siswi dari sekolah rakyat merupakan suatu kebahagiaan dan kesempatan yang tak boleh ia lewatkan.

Baca juga: Pemkot Tangsel Bangga Jadi Tuan Rumah SRMA 33, Pilar Saga Janji Kawal Program Sekolah Rakyat

Sebab, dengan keterbatasan ekonomi yang dialami, bisa bersekolah hingga tingkat SMA merupakan hal yang sangat membanggakan.

"Perasaannya senang bisa sekolah di sini, bisa ketemu banyak temen," ujarnya kepada TribunBanten.com, saat ditemui di sekolah rakyat 33 Tangsel, Jumat (15/8/2025).

Eha merupakan anak bungsu dari empat bersaudara.

Ayahnya merupakan seorang petani, yang memiliki penghasilan tak menentu.

Bahkan, untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, Eha tak jarang harus pergi ke hutan untuk mencari melinjo, dan kemudian ia jual ke pengepul.

"Iya sering (cari melinjo), buat bantu bapak dan kadang buat jajan juga," ucapnya.

Gadis lulusan MTS Negeri di Pandeglang itu, sehari-hati hanya tinggal berdua bersama sang ayah di sebuah rumah yang hanya memiliki satu kamar tidur, dan satu ruang tamu.

Rumah itu merupakan rumah saudara ayahnya, yang ditinggali dengan status menumpang.

Sedangkan sang ibu dan kakaknya, sudah tidak lagi tinggal bersama, usai orang tuanya memilih jalan untuk hidup masing-masing.

"Iya numpang, itu juga mau diusir katanya mau dipake buat tobong (tempat pembuatan bata)," tutur Eha.

Memiliki cita-cita sebagai seorang dokter, Eha berharap, program sekolah rakyat yang sedang ia ikuti, dapat menjadi langkah awal menuju kesuksesan.

"Biar bisa banggain orang tua, biar enggak kayak kakak saya. Kakak saya enggak sekolah," harapnya.

Di tempat yang sama, Ayah Eha, Marta (60) mengaku, sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada putrinya, sehingga bisa mengenyam bangku SMA.

"Alhamdulillah, karena kalau tidak ada bantuan ini dia katanya mau langsung kerja aja bantu saya," ucapnya.

Marta menjelaskan, sehari-hari dirinya hanya menggarap sawah milik saudara untuk ditanami padi.

Sehingga, hasil yang didapat tidak menentu dan bergantung dengan musim.

Baca juga: Resmikan Sekolah Rakyat 33 Tangsel Banten, Andra Soni: Anak Petani Juga Bisa Jadi Gubernur

"Kadang kalau gak ada hama ada hasilnya, tapi kalau musim hama itu total enggak dapet," jelasnya.

Ia berharap, anaknya bisa betah dan giat mengikuti pembelajaran di sekolah rakyat 33 Tangerang Selatan.

"Mudah-mudahan betah karena ini kali pertama pisah dengan saya, dan semoga cita-cita anak saya bisa terwujud," pungkasnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved