Rabu Wekasan 2025 Jatuh pada Tanggal Berapa? Ini Doa dan Pandangan Menurut Islam

Rabu Wekasan 2025 jatuh pada tanggal berapa? Simak penjelasan lengkap tentang doa Rabu Wekasan serta pandangan Islam terhadap tradisi ini.

Editor: Abdul Rosid
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Rabu Wekasan 2025 jatuh pada tanggal berapa? Simak penjelasan lengkap tentang doa Rabu Wekasan serta pandangan Islam terhadap tradisi ini. 

TRIBUNBANTEN.COM - Rabu Wekasan 2025 jatuh pada tanggal berapa? Simak penjelasan lengkap tentang doa Rabu Wekasan serta pandangan Islam terhadap tradisi ini.

Sebagaimana diketahui, Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan merupakan Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Jawa.

Dalam tradisi masyarakat, sejak zaman dahulu hingga sekarang, Rabu Wekasan sering dianggap sebagai hari yang membawa malapetaka atau kesialan.

Baca juga: Terjadi Lagi, Ribuan Ikan Mati Massal di Danau Situ Cangkring, Warga Minta Pemerintah Turun Tangan

Rabu Wekasan 2025 Jatuh pada Tanggal Berapa?

Rabu Wekasan 2025 atau Rabu terakhir di bulan Safar 1446 H jatuh pada Rabu, 20 Agustus 2025.

Mengenai anggapan adanya kesialan atau malapetaka di hari ini, banyak hadits yang telah meluruskannya.

Salah satunya hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu, dan juga tidak ada kesialan pada bulan Safar. Hindarilah penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Amalan Rabu Wekasan

Dalam kitab Al-Risalah Al-Badi’ah dianjurkan melaksanakan shalat 4 rakaat dengan niat shalat mutlak:

أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ لله تَعَالَى

Tiap rakaat membaca:

Al-Fatihah (1x)

Al-Kautsar (17x)

Al-Ikhlas (5x)

Al-Falaq (1x)

An-Naas (1x)

Doa Rabu Wekasan versi sendiri

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالَ، يَاعزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيع عَلَّقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيع خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجملُ، يَا مُتفضِلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ، وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.  

Doa Rabu Wekasan versi bersama-sama

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ القوى، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالَ، يَا عَزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيعُ خَلْقِكَ، اِكْفِنَا مِنْ شَرِّ جَمِيعِ خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجَمِّلُ، يَا مُتَفَضِلُ، يَا مُنْعِمُ يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لا إِلهَ إِلَّا أَنتَ ارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيهِ، وَجَدِّهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنَا شَرَّ هَذَا اليوم. وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ الله وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلا بالله العلي العظيم، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.  

Rabu Wekasan Menurut Islam

Sejumlah ulama memberikan pandangan terkait tradisi Rebo Wekasan.

Ustadz Abdul Somad menjelaskan bahwa sebagian umat Muslim di Indonesia melakukan ziarah pada bulan Safar, khususnya di Rabu terakhir. Mereka berdoa agar dijauhkan dari bala dan musibah.

“Menurut ulama tasawuf, musibah paling banyak diturunkan pada Rabu terakhir bulan Safar. Hal itu mereka dapat dari ilham, bukan hadits Nabi SAW,” ujar UAS dikutip dari kanal YouTube Irman Hidayah.

Ia menambahkan, ziarah kubur dan doa pada Rabu Wekasan termasuk amalan yang dibolehkan, selama tidak disandarkan sebagai ajaran langsung dari Nabi SAW.

Pandangan Buya Yahya

Buya Yahya juga menegaskan bahwa amalan khusus di bulan Safar, termasuk Rebo Wekasan, tidak bersumber dari hadits.

“Kalau ada orang alim yang mendapatkan ilham lalu mengamalkan doa atau amalan tertentu, itu mungkin benar. Tetapi ilham tidak wajib diyakini,” jelas Buya Yahya dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV.

Beliau menekankan, amalan seperti membaca doa, sedekah, membaca Al-Qur’an, hingga shalat malam boleh dilakukan kapan saja, termasuk di bulan Safar. Bahkan shalat hajat untuk menolak bala juga sah dilakukan.

Karena itu, menurut Buya Yahya, yang terpenting adalah tidak mengklaim suatu amalan berasal dari Nabi SAW jika memang tidak ada dalilnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved