TRIBUNBANTEN.COM - Lebih dari 555 mantan pejabat tinggi keamanan Israel, termasuk sejumlah eks kepala badan intelijen Mossad dan Shin Bet, mendesak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Ratusan eks pejabat keamanan Israel ini ingin Trump menggunakan pengaruhnya, guna menekan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, agar menghentikan perang berkepanjangan di Jalur Gaza.
Dalam sebuah surat terbuka yang mereka tujukan kepada Trump, para pejabat itu menyatakan bahwa, berdasarkan penilaian profesional mereka, Hamas sudah tidak lagi menjadi ancaman strategis bagi Israel.
Baca juga: Pilu! Tragedi Kemanusiaan Kembali Terjadi, Israel Bunuh 92 Warga Gaza saat Cari Makanan di Zikim
Mereka berpendapat bahwa melanjutkan operasi militer hanya akan memperpanjang penderitaan, merusak kredibilitas Israel di mata dunia, dan dianggap mengancam identitas nasional mereka.
Perang di Gaza sendiri bermula pada Oktober 2023, di mana Israel melancarkan serangan besar-besaran.
Agresi Israel di Gaza terus berlangsung hingga saat ini dan menewaskan lebih dari 60.000 orang.
Di tengah meningkatnya tekanan internasional untuk gencatan senjata, Netanyahu justru dilaporkan berupaya memperluas serangan.
Surat terbuka kepada Trump ini pun menjadi bentuk intervensi moral dari dalam negeri, sebuah sinyal bahwa keinginan untuk mengakhiri perang tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari tokoh-tokoh kunci yang dahulu berada di garis depan pertahanan Israel.
Trump bukanlah sosok asing dalam politik Israel.
Selama masa kepresidenannya, hubungan erat antara dirinya dan Netanyahu menjadi pilar kebijakan luar negeri yang pro-Israel.
Para penandatangan surat percaya bahwa Trump masih memiliki kredibilitas di mata rakyat Israel dan dapat menggunakan pengaruhnya untuk mengarahkan Netanyahu menuju solusi diplomatik, termasuk pemulangan sandera yang masih tertahan di Gaza.
Para tokoh militer ini meyakini bahwa dua dari tiga tujuan utama perang, membongkar formasi militer Hamas dan menjatuhkan pemerintahan de facto mereka di Gaza telah tercapai.
“Awalnya perang ini adalah perang yang adil, perang defensif. Tetapi setelah semua tujuan militer tercapai, ini bukan lagi perang yang adil,” kata Ami Ayalon, mantan kepala Shin Bet, dikutip dari BBC.
Tujuan ketiga, yakni pemulangan semua sandera, menurut mereka, tidak bisa lagi dicapai lewat kekerasan, melainkan harus melalui perundingan.
"Yang ketiga, dan yang paling penting, hanya dapat dicapai melalui kesepakatan: memulangkan semua sandera," tulis surat yang ditandatangani tiga mantan kepala Mossad: Tamir Pardo, Efraim Halevy, dan Danny Yatom, dikutip dari Al-Arabiya.
"Pengejaran para pejabat senior Hamas yang tersisa dapat dilakukan nanti," demikian bunyi surat tersebut.
Surat itu juga mencatat bahwa penderitaan rakyat Gaza kini telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan.
Laporan dari badan-badan PBB menyebutkan bahwa kelaparan sudah terjadi secara luas, bahkan menyebabkan kematian setidaknya 180 orang, termasuk 93 anak-anak.
Pada saat yang sama, akses bantuan kemanusiaan terus dibatasi dan jurnalis asing masih belum diperbolehkan masuk secara bebas untuk melakukan peliputan independen.
Keluarga para sandera juga mulai bersuara keras, mengecam rencana operasi militer lanjutan yang dianggap justru mengancam nyawa sandera itu sendiri.
“Netanyahu sedang membawa Israel dan para sandera menuju kehancuran,” ujar salah satu kelompok pendukung keluarga dalam pernyataan yang disiarkan media lokal.
Dalam surat tersebut, para mantan pejabat juga menyinggung keberhasilan Trump dalam mendorong deeskalasi konflik di Lebanon, dan menyerukannya untuk melakukan hal yang sama di Gaza.
Mereka bahkan mengusulkan agar setelah gencatan senjata, Trump turut mendorong pembentukan koalisi regional yang mendukung Otoritas Palestina versi reformasi untuk menggantikan kekuasaan Hamas di wilayah tersebut.
Sementara itu, Netanyahu disebut berencana memperluas operasi militer di Gaza.
Media Israel melaporkan bahwa perundingan gencatan senjata dengan Hamas mengalami kebuntuan, dan Netanyahu disebut mengincar “kemenangan militer total”.
Langkah ini memicu kritik tajam, termasuk dari kelompok keluarga sandera yang menilai Netanyahu membawa Israel dan para sandera menuju kehancuran.
“Hentikan Perang Gaza! Anda berhasil mengakhiri perang di Lebanon. Kini saatnya lakukan hal yang sama di Gaza,” demikian seruan para eks pejabat dalam surat kepada Trump.
Sebagai informasi, Israel terus melancarkan serangan di Gaza hingga saat ini.
Baca juga: Update Kabar Gaza Palestina: Warga AS Tewas Dipukuli Pemukim Israel di Tepi Barat
Korban tewas akibat serangan Israel di Gaza telah mencapai 61.000.
Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak.
Kampanye militer Israel telah menghancurkan daerah kantong tersebut dan membawanya ke ambang kelaparan.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 600 Eks Pejabat Israel Desak Trump Tekan Netanyahu Akhiri Perang Gaza