Tips Psikolog untuk Hentikan Kecanduan Judi Online, Butuh Terapi dan Dukungan

Psikolog Agung Wisnubroto bongkar cara berhenti dari judi online. Terapi, kesadaran diri, dan dukungan orang terdekat.

Penulis: Muhamad Rifky Juliana | Editor: Abdul Rosid
Freepik
Psikolog Agung Wisnubroto bongkar cara berhenti dari judi online. Terapi, kesadaran diri, dan dukungan orang terdekat. 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Muhamad Rifky Juliana

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Kasus kecanduan judi online (judol) semakin marak menjerat masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga pekerja.

Kondisi ini membuat psikolog mengingatkan pentingnya kesadaran diri serta dukungan lingkungan untuk bisa lepas dari jeratan adiksi tersebut.

Psikolog Agung Wisnubroto menegaskan bahwa kecanduan judi online termasuk perilaku adiktif yang sulit dihentikan tanpa langkah tepat.

Baca juga: Rekan Kerja Bongkar Motif Suami di Menes Pandeglang Bunuh Istri dan Anak: Utang dan Judol

Menurutnya, terapi dan dukungan orang terdekat menjadi faktor kunci agar penjudol bisa pulih.

“Harus ikut terapi. Kalau konteksnya sudah kecanduan, itu sudah mengarah ke bentuk gangguan. Perilakunya jadi repetitif dan sangat mengganggu kehidupan normal sehari-hari,” kata Agung saat dihubungi TribunBanten.com, Minggu (14/9/2025).

“Kalau penjudol, misalkan sudah kecanduan dan ingin berhenti, maka tips-nya adalah melibatkan orang yang dia percaya untuk meminta tolong agar dibantu berhenti,” tambah Agung.

Menurutnya, jika penjudol meminta orang terdekat untuk membantu berhenti dari kebiasaan tersebut, artinya ia sudah menyadari bahwa hal itu tidak baik.

“Karena kalau orang yang adiksi itu kadang merasa perilakunya tidak bermasalah, padahal dia sudah kecanduan,” ucapnya.

Kemudian, penjudol juga seharusnya bisa berpikir lebih jauh dan menimbang apakah kebiasaan itu lebih menguntungkan atau merugikan.

“Kalau dia bisa menimbang-nimbang, ternyata selama ini judol itu lebih banyak ruginya daripada untungnya. Skema judol memang didesain untuk rugi,” jelas Agung.

Ia menilai, apabila proses kesembuhan dilakukan dengan disiplin, maka penjudol bisa sembuh total.

“Terapi untuk adiksi itu memang enggak mudah, baik alkohol maupun judi. Dia harus rawat inap di rumah sakit agar lebih bisa dikontrol. Karena tantangan bagi adiksi sebenarnya lebih ke kognitif,” ungkapnya.

Agung menekankan, setelah selesai masa rehabilitasi, peran keluarga atau orang terdekat sangat penting untuk memberikan dukungan.

“Karena orang itu akan cenderung mengurangi perilaku ketika perilaku itu diperkuat oleh orang-orang sekitar yang memberi support,” ucap Agung.

“Kadang respon lingkungan justru menyalahkan, sehingga membuat penderita merasa terpojok. Di situlah peran keluarga: terus mendukung, menghargai setiap progres perubahan pada orang yang mengalami adiksi,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved