Siswa SMP Tangsel Dibully
Cerita Pilu Ibu Siswa SMPN 19 Tangsel, Anaknya Jadi Korban Bullying Sejak MPLS
Sebab korban mengalami luka serius di bagian kepala akibat benturan benda tumpul itu, tak kunjung membaik hingga saat ini
Penulis: Ade Feri | Editor: Wawan Perdana
TRIBUNBANTEN.COM, TANGSEL-Seorang siswa SMP Negeri 19 Tangerang Selatan (Tangsel) berinisial MH (13 tahun) diduga menjadi korban perundungan atau bullying oleh rekan sekelasnya, pada 20 Oktober 2025 lalu.
Meski peristiwa memilukan itu sudah berlalu beberapa pekan, namun hal itu kembali mencuat dan menarik perhatian publik.
Sebab korban mengalami luka serius di bagian kepala akibat benturan benda tumpul itu, tak kunjung membaik hingga saat ini.
Diketahui korban yang baru duduk di bangku kelas 1 SMP itu, saat ini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.
Menurut ibu korban berinisial Ny (36 tahun), tindakan perundungan yang dialami anaknya bukan kali pertama terjadi.
Dengan nada rintih dan mata yang berkaca-kaca, wanita berkerudung cream itu mengatakan, anaknya sudah kerap mengalami bully sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
"Dari MPLS udah kena juga dia. Digebukin sampai tiga kali katanya," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Senin (10/11/2025).
Lebih lanjut Ny mengungkapkan, bahwa sejak saat itu anaknya berulang kali mendapat perlakuan kasar dari orang yang sama.
Hingga puncaknya, kata dia, sang anak harus melakukan perawatan intensif di rumah sakit dan didiagnosa dokter mengalami rabun dan terancam lumpuh.
"Pelakunya dari dulu anak itu aja, teman satu kelasnya. Pernah anak saya katanya waktu lagi nulis gitu punggungnya ditendang, terus tangannya juga ditusuk pakai sedotan atau pulpen gitu," ungkapnya.
"Kata dokter syaraf halusnya ada yang kena akibat benturan itu, makanya dia rabun. Dan sekarang kondisinya masih lemes ga bisa diajak jalan, kayak lumpuh itu," lirihnya.
Menurutnya, meski kerap menjadi korban bully anaknya tidak pernah bercerita kepada keluarga terhadap kekerasan yang ia alami di sekolah.
"Awalnya gak cerita dia, jadi kejadian itu tanggal 20, besoknya dia baru cerita. Itu juga karena saya tanyain, soalnya saya lihat dia jalan nabrak-nabrak terus," tuturnya.
Ia pun berharap, keluarga pelaku dapat mempertanggungjawabkan hal yang dilakukan terhadap anaknya.
Sebab kata dia, pasca membiayai pengobatan awal di klinik, keluarga pelaku tak lagi ada itikad baik untuk melakukan pengobatan lanjutan, bahkan terkesan lepas tanggung jawab.
"Padahal waktu mediasi di sekolah, pihak pelaku mau bertanggung jawab sampai sepenuhnya untuk biaya pengobatan," kata Ny.
"Tapi kemarin biaya pengobatan kita ke RS Fatmawati, pihak pelaku udah kayak lepas tangan gitu. Malah dari pihak keluarga kami disuruh cari pinjeman uang ke orang-orang terdekat gitu," tandasnya.
Hingga berita ini diturunkan, jurnalis TribunBanten.com, belum mendapatkan tanggapan dari pihak keluarga terduga pelaku. Upaya pencarian terhadap keluarga terduga pelaku pun hingga saat ini masih dilakukan.
Baca juga: Soal Bullying di SMPN 19 Tangsel, Dindikbud : Keluarga Terduga Pelaku Siap Bantu Biaya Pengobatan
Penjelasan Kepala Sekolah
Kepala SMP Negeri 19 Tangsel, Frida Tesalonik mengaku, telah menyelesaikan permasalahan itu melalui pertemuan antara keluarga terduga pelaku dan keluarga korban.
Ia menjelaskan, saat mediasi itu kedua belah pihak telah sepakat untuk menyelesaikan kasus itu, dengan biaya pengobatan sepenuhnya ditanggung oleh keluarga terduga pelaku.
Bahkan kata dia, kesepakatan itu telah dimuat dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
"Kami dari pihak sekolah karena ada keluarga dari kedua belah pihak (datang ke sekolah), maka kami bantu menjembatani membuat kesepakatan dan terjadi lah kesepakatan kedua belah pihak," ujarnya, saat ditemui di SMP Negeri 19 Tangsel, Senin (10/11/2025).
"Tertuang di surat pernyataan, orangtua pelaku menyanggupi biaya pengobatan. Di situ (surat pernyataan) tertulis untuk mata dan kepala, udah dong selesai," sambungnya.
"Maka karena sekolah sudah membantu memediasi, jadi kami anggap sudah selesai," jelasnya.
Ia pun mengaku tidak menyangka, bahwa insiden tersebut semakin meluas hingga kini menjadi sorotan publik.
"Kami pikir tidak ada yang lain lah gitu, selesai. Akhirnya kami di hubungi oleh keluarga korban, bahwa kondisi korban ini begini-begini," kata Frida.
Namun demikian kata dia, kejadian itu memberikan pembelajaran bagi pihaknya untuk lebih berhati-hati.
"Buat kita satu pembelajaran tentunya, semuanya menjadi kehati-hatian, sebetulnya wali kelas itu sudah polling (kepada siswa), ada gak kejadian aneh-aneh gitu. Dan ini kejadian baru sebelumnya belum pernah," papar Frida.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banten/foto/bank/originals/bully.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.