Viral Anak di Serpong Jual Bantuan Sembako demi Bantu Ibunya yang Sakit, Kak Seto Beri Bantuan Ini

Selama ini, Novi harus bekerja di usia masih 16 tahun untuk hidupnya dan ibunya. Pasalnya, ia mengaku ditinggal pergi ayahnya.

Editor: Abdul Qodir
Facebook Novi Rahmadani
Tangkapan layar akun Novi Rahmadani ketika menjual paket sembako yang diterimanya di laman Facebook. 

TRIBUNBANTEN.COM - Unggahan penjualan paket bantuan sembako di tengah pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh seorang perempuan, viral di media sosial.

Berdasarkan tangkapan gambar yang diunggah akun @lambe_turah, seorang perempuan bernama Novi Rahmadani menjual paket bantuan sembako di salah satu grup Facebook.

Dalam gambar tersebut, terdapat tiga paket sembako dengan isi yang berbeda. Paket A dengan isi gula, minyak, dan beras dijual seharga Rp 40.000.

Sedangkan paket B berisi beras dan tiga mi instan dijual seharga Rp 45.000. Sementara paket C berisi beras, telur, dan dua mi instan dijual seharga Rp 50.000.

Lebih dari 90 Persen Laporan ke Ombudsman Banten tentang Bansos dari Pemerintah

Temui Wahidin Halim, Pimpinan KPK Soroti 1.079 Aset Bermasalah dan Dana Bansos Covid-19 di Banten

Saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Novi menjelaskan semua sembako tersebut sengaja dijual untuk memenuhi kebutuhan ibunya yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah.

Saat ini, Novi tinggal di kawasan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan.

"Saya butuh uang buat transfer ibu saya sedang sakit, ya sudah saya jual. Sembako sudah terjual Rp130.000 semuanya, sama orang tadi secara online," kata Novi saat dikonfirmasi, Jumat (29/5/2020).

Novi memastikan, sembako yang dijualnya bukan bantuan paket sembako terdampak Covid-19 dari pemerintah daerah maupun dari presiden.

Ia mengaku, sembako itu didapat dari majikan dan warga kompleks perumahan tempatnya bekerja.

"Dari Pak Jokowi tidak dapat, soalnya data saya tidak lengkap. Ibu sama bapak nikah siri, KK dan akte tidak ada. Itu dari majikan dan orang kompleks. Karena banyak dan mubazir, ya sudah saya jual," ungkap dia.

Selama ini, Novi harus bekerja di usia masih 16 tahun untuk hidupnya dan ibunya. Pasalnya, ia mengaku ditinggal pergi ayahnya.

Sementara sang ibu mengalami sakit yang harus banyak beristirahat.

"Ditinggal sama bapak dari umur saya 4 tahun. Saya berhenti sekolah dari kelas 2 SMP karena orangtua sudah sakit-sakitan," katanya.

Novi harus membiayai hidup ibunya, termasuk dari hasil menjadi asisten rumah tangga dengan penghasilan Rp 1.400.000 per bulan.

"Setelah saya bayar kontrakan Rp 600.000, sisanya sedikit buat hidup dan saya transfer ke ibu. Untuk makan, kadang saya dikasih majikan, kadang beli dan masak. Termasuk jual sembako itu buat tambahan transfer ibu," katanya.

Duh, Ketua RT di Tangerang Sunat Dana Bansos Corona, Dikembalikan Setelah Ketahuan

 

 

Meski demikian, Novi menyadari langkahnya menjual sembako melalui Facebook justru direspons negatif banyak warganet. Ia dirundung hingga dihujat.

Ia pun meminta maaf apa yang dilakukannya telah membuat kegaduhan.

"Saya cuma mau minta maaf saja, mungkin kan ada kesalahpahaman. Karena mereka kira saya dapat dari pemerintah terus mau dijual, padahal kenyataan tidak seperti itu," ujar Novi.

Bantuan Fasilitas Pendidikan untuk Novi

Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto)
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto) (Kompas.com/A Faizal)

Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) turut memberikan perhatian terhadap Novi Rahmadani (16), warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan yang menjual paket bansos demi pengobatan orang tua.

Ketua LPAI Seto Mulyadi yang dikenal dengan sapaan Kak Seto mengatakan akan memberikan fasilitas pendidikan di sekolah yang dibangunnya di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Itu diberikan setelah mengetahui Novi yang seharusnya mengenyam pendidikan SMA tidak meneruskan sekolah.

Novi bekerja sebagai asisten rumah tangga karena harus membiayai ibunya yang sakit stroke.

"Kami memang ada home schooling untuk menengah ke atas, tapi ada juga untuk menengah ke bawah. Bahkan dia (Novi) bisa merasakan belajar di sekolah kami," kata pria yang akrab disapa Kak Seto saat dihubungi, Selasa (16/6/2020).

Kak Seto mengatakan, nanti Novi dapat bersekolah dengan jadwal yang disesuaikan bagi kalangan menengah ke bawah pada Sabtu dan Minggu.

"Sebetulnya itu dalam bentuk MKB (Mobil Kelas Berjalan). Tapi karena pandemi Covid-19 ini sementara kegiatan di sekolah kami yang ada Bintaro," ucap dia.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved