Cerita Warga Penerima Bantuan: Usaha Berjalan, Anak Tetap Bisa Sekolah
Program Keluarga Harapan (PKH) dapat dirasakan manfaat bagi warga membutuhkan.
TRIBUNBANTEN.COM, BULUKUMBA - Program Keluarga Harapan (PKH) dapat dirasakan manfaat bagi warga membutuhkan.
PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH.
“Alhamdulillah kami telah sejahtera bersama PKH,” kata dia, dalam keterangannya, Jumat (6/11/2020).
Baca juga: Balita Penderita Kanker Ganas Mata di Serang Bakal Dapat Bantuan Pengobatan Rp 150 Juta
Baca juga: P2G: 19 Provinsi Belum Terima Bantuan Kuota Internet dari Kemendikbud, Banten Salah Satunya
Suharni, ibu dua anak dari Desa Lolisang, Kecamatan Kajang Kabuparen Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan menuliskan dia telah mandiri dan tidak lagi menjadi peserta PKH.
Semula, dia tidak mengenal PKH. Lalu, pada 2016, dia bertemu dengan seorang pendamping PKH.
Pendamping PKH datang untuk melihat kondisi rumah, meminta dokumen keluarga, hingga rapor sekolah anak-anaknya.
Dia juga diundang ke kantor desa bersama para calon penerima PKH lainnya untuk mendapatkan pengarahan tentang hak dan kewajiban dalam PKH.
“Rasanya seperti mendapat durian runtuh, perasaan saya campur aduk antara senang, terharu, dan bersyukur Allah telah menjawab doa kami agar bisa menyekolahkan anak seperti anak yang lain,” ujarnya.
Baca juga: 35,7 Juta Nomor Ponsel Sudah Menerima Bantuan Kuota Belajar dari Kemendikbud
Baca juga: Dinkop & UKM Tangsel Usulkan 24.300 UMKM di Tangsel Terima Bantuan Presiden
Bantuan PKH selain untuk sekolah anak-anaknya, juga disisihkan untuk ditabung.
Ia kemudian memberanikan diri memulai usaha membuka warung kelontong.
Pengetahuan tentang mengelola keuangan diperolehnya dari Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2), juga motivasi dari Pendamping PKH.
Ia mengelola warung bersama suaminya. Keuntungan dari warung klontong dia kumpulkan sedikit demi sedikit.
Melalui bimbingan pendamping PKH Desa Lolisang, Kecamatan Kajang, Asrul Sani, ia memberanikan meminjam uang di bank dan membuka usaha ayam petelur.
Suami istri ini kemudian bertekad membuat kandang ayam di lahan mereka. Sisa modal dibelikan bibit ayam petelur untuk memulai usaha peternakan.
Baca juga: Dear Bu Airin, Ada Bayi Penderita Hidrosefalus di Tangsel Belum Tersentuh Bantuan Pemkot
Baca juga: Pendaftaran Bantuan Rp 2,4 Juta untuk UMKM di Tangerang Ditunda
Berkat ketukan mereka mengelola usaha, kini omzetnya sekitar Rp30 juta per bulan dan keuntugan bersih Rp10 hingga Rp15 juta per bulan.