Mengenal Tasawuf Underground, Pesantren Anak Punk Mengaji dan Berkegiatan Positif

Halim Ambiya, tokoh masyarakat, menginisiasi Tasawuf Underground. Tasawuf Underground merupakan gerakan bertasawuf melalui media sosial

Editor: Glery Lazuardi
TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAH TOHIR
Kegiatan mengaji di Pondok Tasawuf Underground, Kompleks Ruko Ciputat, Blok C nomor 27, Jalan RE Martadinata, Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (24/4/2021). 

Di jalan, anak punk sulit menemui batasan. Kehidupan bebas serta banyak pengaruh alkohol dan narkotika tak terhindarkan.

Di sisi lain, filosofi punk yang anti kemapanan dan berdikari juga perlahan mendarah daging.

Di pesantren Tasawuf Underground, Halim tidak hanya mengajarkan agama Islam, tapi juga wirausaha agar para anak punk itu bisa berdaya, menjadi mapan.

"Selain mengajarkan pendidikan agama Islam, kita juga membuka peluang mereka tentang pemberdayaan ekonomi dan sosial dengan pelatihan-pelatihan."

"Dengan pelatihan desain grafis, kita ajarkan corel draw photoshop, bisnis online, bikin pembukuan, pelatihan sablon, yang tadinya menato tubuhnya, sekarang dia belajar corel draw dan buka sablon, terus juga ada," papar Halim.

Bukan hanya belajar, Halim juga menyulap ruko tempat pondok pesantren mereka menjadi sentra usaha.

Dari mulai laundri kiloan, tempat sablon kaos sampai angkringan beroperasi setiap hari dijalankan para anak punk.

Sentra wirausaha itu ada di lantai satu dan pelataran.

Sedangkan lantai dua dipenuhi buku-buku dan menjadi area salat serta mengaji.

Sedangkan lantai tiga menjadi area berisitirahat para santri.

"Tidak semua anak punk mau jadi pegawai, mereka mau jadi bos, makanya kjta ajarkan wirausaha," kata Halim.

Baca juga: Mengenal Pondok Pesantren Nurul Abror di Kabupaten Serang, Punya Program Unggulan Tahfidzul Quran

Baca juga: Viral Video Santriwati Pondok Pesantren Diminta Hancurkan Ponsel Pakai Batu Akibat Langgar Aturan

Peta Jalan Pulang

Halim mengatakan, mendekati anak punk sebenarnya mudah. Hanya saja, narkotika kerap menjadi penghalang.

Ketika sudah didekati, Halim harus menjelma tiga sosok sekaligus, sahabat, ayah dan guru.

"Persahabatan adalah pendekatan yang paling tepat kepada mereka yang sakit hati selama ini. Kedua saya berperan sebagai ayah, benar atau salah, saya harus bela. Makanya saya dirikan LBH untuk mengadvokasi, benar atau salah kita akan bela."

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved