Mengenal Tasawuf Underground, Pesantren Anak Punk Mengaji dan Berkegiatan Positif
Halim Ambiya, tokoh masyarakat, menginisiasi Tasawuf Underground. Tasawuf Underground merupakan gerakan bertasawuf melalui media sosial
Badan yang kumal, pakaian yang kusam terus melekat seperti sulit berganti.
Kendati banyak masjid berdiri, namun rumah ibadah itu tidak ramah dengan anak punk.
Belum melihat agamanya, dari penampilan saja, pengurus masjid sudah mengusir.
"Sementara kebanyakan mereka muslim, tapi masjid tidak menjadi oase bagi mereka, tidak menjadi tempat pengaduan para pendosa, masjid terlalu angkuh," kata Halim.
Para pengurus masjid lupa bahwa hidayah datang dari mana saja. Bahkan dari ruangan kecil tertutup tempat membuang hajat.
"Dan orang masih menganggap hidayah datang dari atas sejadah saja. Mereka lupa bahwa toilet masjid pun bagian dari kesucian. Boleh jadi orang masuk toilet dapat hidayah," tuturnya.
Melihat fenomena anak punk di tengah masyarakat itu yang membuat Halim ingin menyasar dakwahnya kepada anak-anak yang identik dengan jargon anti kemapanan itu.
Baca juga: Dana Hibah Pesantren Disunat, Swasta Tersangka, Pimpinan 150 Ponpes Diperiksa Kejati Banten
Baca juga: Ratusan Rumah dan 2 Pondok Pesantren di Lebak Terendam Banjir Saat Warga Hendak Sahur
"Dengan cara mendekati mereka satu per satu dari kolong jembatan, dari trotoar, pasar, awalnya di Perempatan Gaplek, Tebet, Tanah Abang, Gondangdia, kita himpun."
"Tahun 2018 dan 2019, banyak sekali kawan punk yang mau bergabung, sehingga kita himpun di kolong jembatan Tebet," paparnya.
Sampai 2019, Tasawuf Underground bermarkas di Kolong Jembatan Tebet.
Halum pun menjelma sahabat, ayah dan guru bagi para anak punk yang mulai ramai.
Karena banyaknya anak punk yang ikut belajar, Halim sempat membawanya ke kantornya hingga akhirnya menyewa Ruko di Cimanggis, Ciputat sebagai pondok pesantren.
Menjadi Mapan
Halim menyadari para anak punk adalah orang yang lepas dari keluarga, dari orang tua.
Permasalahan keluarga, kerap menjadi awal mula anak-anak menjadi punk.