Tradisi Warga Pandeglang: Pukul Tongtrong Sebagai Tanda Kematian, Disimpan di Masjid Miftahul Huda
Tradisi dan adat istiadat membunyikan Tongtrong masih dipertahankan warga di Kabupaten Pandeglang, Banten.
Penulis: mildaniati | Editor: Glery Lazuardi
Laporan Wartawan TribunBanten.com Mildaniati
TRIBUNBANTEN, SERANG - Tradisi dan adat istiadat membunyikan Tongtrong masih dipertahankan warga di Kabupaten Pandeglang, Banten.
TribunBanten.com berkesempatan melihat warga di RT/RW 005/03, Kampung Pakancilan Landeh, Desa Batubantar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang mempertahankan tradisi yang sudah turun temurun.
Warga membunyikan Tongtrong sebagai penanda adanya orang meninggal dunia, kebakaran, orang hilang dan masuknya waktu salat di Masjid Miftahul Huda.
Tongtrong memiliki bunyi khas. Satu di antaranya bunyi Tongtrong lambat untuk penanda orang meninggal dunia. Setelah itu diumumkan lewat pengeras suara masjid.
Baca juga: Tradisi Baju Baru saat Lebaran: Kawasan Pasar Ciputat Ramai Pengunjung
Baca juga: Melihat Dari Dekat Tradisi Qunutan di Banten, Warga Buat 300 Ketupat untuk Berbagi dengan Sesama
Ketua RW 03, Sohari mengatakan suara Tongtrong itu terdengar hingga sejauh 1 kilometer sampai ke Pasar Batubantar, Pandeglang.
Sampai saat ini, warga tidak mengetahui siapa yang membuat Tongtrong.
Hanya saja, warga percaya Tongtrong dimanfaatkan untuk penanda suatu kejadian di masyarakat.
Menurut dia, variasi bunyi Tongtrong digunakan sebagai penanda sebelum ada pengeras suara.
Orang yang membunyikan Tongtrong disebut kaom atau sepuh setempat.
Pria berusia 69 tahun ini mengatakan, Tongtrong berbentuk menyerupai perahu, terbuat dari kayu nangka. Adapun alat pemukulnya terbuat dari kayu kaung.
"Ukurannya sekitar 79×25 cm," ungkap pria ini kepada TribunBanten.com saat ditemui di rumahnya di Pandeglang, Senin (3/5/2021).
Tongtrong diletakan dengan cara digantung pakai besi vertikal di serambi masjid.
Terlihat serat kayu berwarna coklat serta diberi cat hijau.
Baca juga: Qunutan: Tradisi Ketupatan di Pertengahan Hari ke-15 Ramadan, Sebagai Bentuk Ucapan Rasa Syukur
Baca juga: Tradisi Ziarah Makam, Ramai Peziarah di Blok Khusus Jenazah Covid-19 TPU Jombang

Tongtrong dibentuk menyerupai perahu dilengkapi satu lengkungan di tengahnya.
Tongtrong berada di Masjid Miftahul Huda yang dibangun oleh KH Khotibul Umam pada 1870.
KH Khotibul Umam dibantu warga setempat bergotong royong mendirikan rumah ibadah tersebut.
Tak hanya membangun masjid, KH Khotibul Umam juga membangun pesantren tradisional bernama Miftahul Huda.
Sampai saat ini, Masjid Miftahul Huda digunakan khusus bagi laki-laki. Adapun untuk perempuan, disediakan tempat khusus di belakang masjid bernama pendopo masjid.
Untuk pelaksanaan salat Tarawih terdapat perbedaan imam antara laki-laki dan perempuan. Untuk jamaah perempuan, bertindak sebagai imam, yaitu Hj Khoriah dan Hj Enok Sufenti.
Sebelum Ramadan 1442 Hijriah, dia mengungkapkan, masjid ini direnovasi bagian atap pada April 2021.
Berdasarkan pemantauan, jika memasuki masjid terdapat tiga pintu kanan, kiri dan depan.
Menuju ruang utama masjid terdapat dua pintu warna hijau dari kayu.
Terdapat empat tiang tembok penahan atap. Serta mimbar dan mihrab saling berdampingan, pondasinya dari tumpukan batu.
Bagian mihrab lorongnya cukup luas, dindingnya dilapisi keramik putih.
Warna masjid didominasi putih dan hijau tua.
Pada sisi kiri masjid terdapat penampungan air dari Cibulakan khusus wudu, tidak ada sumur.
Airnya jernih, dingin, serta mengalir terus lewat lubang air yang dibuat dari paralon, tanpa penutup.
Terdapat pula kolam untuk membersihkan kaki, serta sisa tembok jam matahari setinggi 60 cm tidak digunakan lagi.
Atap masjid memiliki 3 umpakan.
Pada umpakan pertama dan kedua terdapat papan kayu berbentuk persegi ditutup menggunakan kaca.
Baca juga: Tradisi Tahunan, 800 Napi Lapas Kelas IIA Cilegon Diusulkan Dapat Remisi Idul Fitri
Baca juga: Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan, Melihat dari Dekat Makam Ki Buyut Santri di Kabupaten Serang
Sekeliling masjid diberi pagar didominasi oleh tembok kecil vertikal berbentuk bulat serta terdapat pintu masuk berbentuk kubah.
Masjid ini dapat menampung hingga 500 orang.
Saat ini, masjid tak mampu menampung lebih dari itu. Sehingga rencananya masjid akan direnovasi dan diperlebar.