Kisah Madjohan, Dulu Beperang Melawan Belanda, Kini Berjualan Sapu Lidi untuk Bertahan Hidup
Kisah Madjohan seorang pedagang sapu di Kota Serang, dulunya pernah ikut berjuang melawan belanda.
Penulis: mildaniati | Editor: Amanda Putri Kirana
Akhirnya ia berjualan sapu di tempat karena dekat dengan kediamannya.
Di sela-sela obrolan, Madjohan mengungkapkan bahwa dahulu ia adalah seorang pejuang sejak 1924.
Baca juga: Cerita Kakek 83 Tahun Gagalkan Aksi Pencurian di Rumahnya, Melawan dan Bergumul dengan Maling
Kala itu usianya baru menginjak 16 tahun dan tengah ikut tinggal dengan kakak kandungnya di Jakarta.
Awalnya Madjohan merantau ke Jakarta untuk berdagang, namun akhirnya ikut berperang melawan Belanda.
Adapun pasukan peperangan dipimpin oleh Letnan Jumono asal Tasik.
Selama bertempur di wilayah Jakarta, Cikini, dan Pasar Rumput, ia mengaku hanya mengandalkan alat tempur bambu runcing.
Ia dan rekan-rekannya juga tak lupa mendatangi kyai atau tokoh agama untuk minta didoakan sebelum bertempur.
"Alhamdulillah dari hasil doa itu pula meriam Belanda kalo ditembak nggak bunyi," tuturnya.
Tanda perjuangan Madjohan membela Tanah Air masih membekas hingga saat ini.
Tampak jari jemari di kaki kirinya melengkung serta kuku-kukunya terlepas.
Baca juga: Kakek Penjual Mainan Sedih Dagangannya Tak Laku Saat PPKM Darurat, Terkejut Saat Diborong Polisi
Menurutnya, hal tersebut terjadi akibat kakinya terkena tembakan saat berperang meski sudah dibaluti sepatu.
Saat ini Madjohan hidup sebatang kara dan tidak memiliki anak satu pun dari pernikahannya yang sebanyak 12 kali.
"Nikah udah, ada 12 istri, nggak punya anak," ucapnya.
Ia tinggal seorang diri di Kampung Tegal Asem RT 03/04 , Kelurahan Banjar Agung, Kecamatan Serang, Kota Serang.
Madjohan mengatakan jika memiliki anak, dirinya tidak ingin berdagang lantaran sudah merasa lelah.
Ia mengaku, dahulu memiliki warisan sawah seluas 2,5 hektar namun habis terjual untuk keperluan hidup sehari-hari.
"Untuk saat ini, hanya makan satu hari sekali dengan nasi Rp 10.000 karena uang tidak cukup,"