Mengenal Suku Baduy yang Pakaian Adatnya Dipakai Jokowi, Menjunjung Tinggi Keharmonisan Alam
Suku Baduy adalah kelompok etnis yang hidup di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Selain kain, Suku Baduy juga membuat tas dari kulit pohon terep yang bernama koja atau jarog.
Tas ini digunakan untuk menyimpan segala macam kebutuhan yang diperlukan saat beraktivitas atau dalam perjalanan.
Masyarakat Suku Baduy juga masih menjunjung teguh budaya perjodohan.
Seorang gadis berusia 14 tahun akan dijodohkan dengan laki-laki yang juga berasal dari suku tersebut.
Selama perjodohan, orangtua laki-laki bebas memilih wanita yang akan dijadikan menantunya.
Orang Baduy juga dikenal sangat gemar berjalan kaki.
Mereka akan berjalan kaki kemanapun meski jarak yang ditempuh cukup jauh.
Kepercayaan
Suku Baduy percaya bahwa mereka adalah keturunan dari Batara Cikal, yaitu satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.
Menurut kepercayaan mereka, Suku Baduy bertugas menjaga harmoni dunia.
Kepercayaan ini disebut juga dengan Sunda Wiwitan yaitu memuja nenek moyang sebagai bentuk penghormatan.
Ada tiga macam alam dalam kepercayaan Sunda Wiwitan seperti disebutkan dalam pantun mengenai mitologi orang Kanekes:
1. Buana Nyungcung: tempat bersemayam Sang Hyang Kersa, yang letaknya paling atas,
2. Buana Panca Tengah: tempat berdiam manusia dan makhluk lainnya, letaknya di tengah,
3. Buana Larang: neraka, letaknya paling bawah.
Konsep ini tak ubahnya bagaikan surga, bumi dan neraka.
Suku Baduy memiliki tradisi berpuasa selama tiga bulan berturut-turut yang disebut Kawulu.
Saat Suku Baduy melakukan Kawulu, penduduk luar dilarang berkunjung ke Suku Baduy Dalam.
Jika tetap ingin berkunjung, hanya diperbolehkan ke perkampungan luar dan tidak boleh menginap.
Bagi Suku Baduy, Kawulu merupakan kegiatan sakral dam tidak boleh diganggu oleh masyarakat luar.
Selama melakukan Kawulu, Suku Baduy akan berdoa kepada nenek moyang agar selalu diberi keselamaran dan panen melimpah.
(Tribunnewswiki.com/Fathul Amanah)