News

Kisah Kelam Wily, Mantan Jawara Gunung Pangkor, dulu Raup Rp 20 Juta Sehari dan Habis untuk Maksiat

Seorang mantan jawara, Wily yang membengki puluhan penambang emas ilegal di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor mencurahkan kisah kelam hidupnya.

Editor: Zuhirna Wulan Dilla
Kang Dedi Mulyadi Channel
Wily saat berbincang dengan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. 

TRIBUNBANTEN.COM - Seorang mantan jawara, Wily yang membengki puluhan penambang emas ilegal di Gunung Pongkor, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mencurahkan kisah kelam hidupnya.

Melansir Tribun Jakarta dari akun Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Wily menyebut banyak kesalahan yang dilakukan Wily menangis sampai akhirnya memutuskan untuk berhenti.

Tak hanya berhenti, Wily juga akhirnya berjuang keras menghentikan praktik penambangan emas liar di kawasan Gunung Pongkor ini.

"Dulu jumlahnya ada 70 ribu penambang emas liar di Gunung Pongkor dari seluruh Indonesia," kata Wily dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Rabu (15/9/2021).

Baca juga: Tolak Tawaran Uang dari Dedi Mulyadi, Kakek Pedagang Pengki : Saya Masih Kuat, Ngapain Minta

Diakuinya, jumlah penambang emas di Gunung Pongkor ini dulunya memang didominasi oleh para pendatang.

"Disini dulu konflik udah biasa karena dari Aceh sampai Papua ada," kata Wily.

Wily saat berbincang dengan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi.
Wily saat berbincang dengan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi. (Kang Dedi Mulyadi Channel)

Bahkan, dulu pihak Aneka Tambang (Antam) yang merupakan instansi resmi milik negara tak berdaya menghadapi para penambang emas ilegal.

"Dulu Antam terkalahkan sama yang liar.

Kalau ada sedikit gejolak, Antam dihantam," beber Wily.

Wily mengatakan, di saat Gunung Pangkor sedang dalam puncak ekploitasi, dalam sehari penambang emas liar ini bisa menghasilkan sebanyak 2,5 kwintal emas.

"Jualnya ke penadah. Dulu harganya masih dibawah Rp 100 ribu," ujar Wily.

Baca juga: Dedi Mulyadi Syok Temui Kuli Punya 10 Anak, Janji Akan Kirim Alat Kontrasepsi 2 Dus : Mereka Gak KB

Jadi Tempat Maksiat

Dipaparkan dia, digunakannya area Gunung Pongkor sebagai penambangan ilegal juga berdampak pada tingginya angka kemaksiatan di wilayah itu.

Mulai dari minuman alkohol, prostitusi sampai bisnis narkoba menjadi ladang subur di kawasan ini.

"Uang banyak tapi tidak berkah.

Yang didapat hanya hura-hura yang tak terarahkan," kata Wily yang mengaku sempat meraup uang sampai Rp 20 juta perhari dari penambangan emas ilegal di Gunung Pongkor kala itu.

Baca juga: Dedi Mulyadi Berhentikan Bocah SMP yang Kendarai Mobil Pick Up, Syok Bisa Santai Lewati Jalan Terjal

Berubah karena Sianida

Tak hanya ilegal, cara penambangan emas liar ini juga menggunakan bahan-bahan yang berbahaya dan merusak alam.

Salah satunya mereka menggunakan cairan sianida.

Tak tanggung-tanggung sebanyak 1600 kilogram sianida ditaburkan saat itu.

"Bukan hanya mercuri, tapi juga sianida ditaburkan di sungai," kata Wily.

"Sianida ini fungsinya sebagai alat pengolah atau pelicin ke dalam emas agar bisa masuk ke karbon dan menyerap.

Jadi kalau kita nambae emas itu kita baw kapur, karbon dan sianida.

Baca juga: Dedi Mulyadi Kaget Lihat Rumah Mewah Bak Istana Milik Kades, Sebut Penghasilannya Rp 30 Juta Sehari

Untuk melepaskan emas dari tanah diserap karbon, nanti dibakar keluar emasnya," ujar Wily menjelaskan proses penggunaan sianida.

Dikatakannya, efek penggunaan sianida membuat ikan yang ada di sungai mati dan warga pun kesulitan air.

"Sianida sekali pakai dibuang tanpa ada kehidupan air selama 25 tahun," ujarnya.

Hal itu pula yang mendasari Wily berubah haluan dari yang tadinya merusak alam sampai akhirnya menjadi pelindung alam.

Sekitar tahun 2012 Wily mulai menyadari perbuatannya selama ini sangat merugikan alam dan manusia itu sendiri.

Kala itu Wily mengaku kerap menangis bila melihat warga sampai harus menggali mata air agar bisa mendapatkan air bersih.

Sebab, air di wilayah sekitar Gunung Pongkor sudah tercemar limbah berbahaya efek adanya penambangan emas ilegal.

"Haruskah alam ini terus disakiti.

Disitu saya sering menangis lihat saudara saat mau mandi harus menggali dulu agar dapat air," beber Wily.

Setelah berupaya keras, barulah pada tahun 2015, penambangan emas liar di Gunung Pongkor bisa dihentikan.

Warga pun kini bisa lagi mendapatkan air bersih yang terbebas dari limbah.

Termasuk juga ikan-ikan bisa berkembang biak dan dipanen oleh para warga setempat.

"Dulu saya sebagai perusak, sekarang saya bertanggung jawab untuk memperbaiki," kata Wily.
 

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Curahan Hati Mantan Jawara Gunung Pongkor: Sehari Kantongi Rp 20 Juta Ludes Buat Maksiat, https://jakarta.tribunnews.com/2021/09/16/curahan-hati-mantan-jawara-gunung-pongkor-sehari-kantongi-rp-20-juta-ludes-buat-maksiat

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved