Lagi Ramai, Mengenal Apa Itu Metaverse dan Bedanya dengan Blockchain? Indonesia Menuju Era Digital

Belakangan ini muncul istilah-istilah kurang awam di telinga. Di antaranya, yaitu Metaverse dan Blockchain.

Editor: Glery Lazuardi
(The telegraph)
Ilustrasi Facebook 

Penelitian awal menunjukkan, para ahli tidak terlalu optimistis mengenai pengaruh Metaverse pada anak-anak. Mengutip dampak negatif dari media sosial seperti depresi, menyakiti diri sendiri dan masalah kesehatan mental lainnya, para ahli mencatat dampak negatif Metaverse mungkin bisa lebih buruk.

Namun masalahnya bukan pada Metaverse itu sendiri, melainkan dari tujuan penggunaan Metaverse. Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Southern California mengenai “game untuk membangun empati”, mengungkapkan Game dan Virtual Reality (VR) jika digunakan dengan benar memiliki dampak yang bagus bagi kesehatan mental.

Yang dikhawatirkan banyak pihak dengan adanya Metaverse ini adalah dapat memperburuk masalah yang sudah diciptakan oleh media sosial, terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental generasi muda. Misalnya lingkungan virtual dapat menciptakan rasa kesepian, atau anak-anak dapat terpapar konten berbahaya hingga mendorong mereka untuk melakukan tindak kejahatan.

Dalam bidang pendidikan, Metaverse memiliki banyak keuntungan untuk anak-anak. Melalui Metaverse, peserta didik dapat memahami konsep-konsep abstrak dengan mudah melalui cara yang lebih menarik.

Selain itu, metaverse dapat meningkatkan ketrampilan sosial pada anak. Media sosial sering disalahkan karena dapat meningkatkan rasa kesepian dan depresi di kalangan anak-anak.

Di sisi lain, Metaverse memiliki potensi untuk menyediakan lingkungan yang aman dan terkendali bagi anak-anak untuk berinteraksi dengan teman sebayanya dan mencari teman baru. Melalui Metaverse, kreativitas anak-anak juga didorong dan bermanfaat untuk mengembangkan kecerdasan sosial pada anak.

Terakhir, Metaverse dapat menjadi salah satu cara yang menyenangkan untuk orang tua menjalin ikatan dengan anak-anak mereka, dan mengajari anak-anak dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan baru. Selama orang tua menyadari potensi berbahaya dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan anak-anak mereka, Metaverse dapat menjadi tempat yang tepat bagi anak-anak untuk bereksplorasi dan belajar.

Baca juga: Job Fair Virtual Kota Tangerang: 2.472 Lowongan Kerja Tersedia

Metaverse juga menimbulkan beberapa risiko potensial yang dapat mengancam anak-nak, seperti cyberbullying dan terpapar konten berbahaya.

Cyberbullying atau penindasan di dunia maya merupakan masalah serius karena anak-anak kerap menjadi sasaran penindasan dan pelecehan oleh pengguna anonim. Selain itu, anak-anak juga berisiko terpapar konten yang tidak pantas seperti kekerasan, konten seksual dan ujaran kebencian.

Beberapa ahli juga khawatir, Metaverse dapat membuat anak-anak kecanduan mengingat sifatnya yang imersif dan menarik.

Sehingga mungkin sulit bagi anak-anak untuk mengatur waktu mereka dan membatasi penggunaan Metaverse.

Saat menggunakan Metaverse, anak-anak juga ditakutkan secara tidak sengaja membagikan informasi pribadi mereka seperti alamat rumah dan detail informasi pribadi lainnya.

Metaverse juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi fisik, karena penggunaan headset VR secara berlebihan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, mual, dan sakit kepala.

Anak-anak dan remaja seharusnya mendapat pengawasan ketat saat beraktivitas di Metaverse. Menyadari jika teknologi baru ini tidak hanya memiliki dampak positif, orang tua perlu mengambil langkah penting untuk melindungi anak-anak mereka.

Untuk memulainya, awasi aktivitas online anak dan batasi akses mereka ke konten yang berpotensi berbahaya. Orang tua juga perlu menetapkan aturan dan pedoman yang jelas untuk menggunakan Metaverse.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved