Realisasi P3DN Jateng Capai 98,26 Persen, Gunakan Produk UMKM Senilai Rp 2,4 Triliun

komitmen tersebut cukup bagus dan akan terus memantau agar pelaksanaannya sukses serta meningkat.

dokumentasi Pemprov Jateng
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menghadiri dan mendengar arahan Presiden Joko Widodo terkait penggunaan produk dalam P3DN dalam Rakornas Pengawasan Internal Pemerintah Tahun 2022, Selasa (14/6/2022). 

TRIBUNBANTEN.COM - Realisasi peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) di Provinsi Jateng mencapai Rp 2,7 triliun atau 98,26 persen.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sekitar 85,6 persen atau sekitar Rp 2,4 triliun di antaranya menggunakan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

"Informasi ini menyenangkan buat kita karena komitmen kita tidak buruk," katanya seusai menghadiri dan mendengar arahan Presiden Joko Widodo terkait penggunaan produk dalam P3DN dalam Rakornas Pengawasan Internal Pemerintah Tahun 2022, Selasa (14/6/2022).

Baca juga: 10 Desa Antikorupsi Dipilih KPK Jadi Percontohan Nasional, Ganjar: Lawan Praktik Korupsi

Menurut Ganjar, komitmen tersebut cukup bagus dan akan terus memantau agar pelaksanaannya sukses serta meningkat.

Apalagi kesuksesan program P3DN tersebut akan mendorong industri dalam negeri bergerak.

Presiden mengingatkan dunia internasional atau eksternalnya berubah demikian drastis dan akan banyak negara akan mengalami situasi sangat rumit.

"Kalau tidak siap-siap, kita akan ikut rumit. Dengan kekuatan dalam negeri, kalau bahasa Bung Karno itu berdikari dalam bidang ekonomi, dengan aksi-aksi ini menurut saya ini menjadi terobosan yang dahsyat," ucap Ganjar.

Dia mengaku setuju dengan afirmasi yang diberikan Presiden Jokowi untuk menstimulus perekonomian dengan membeli produk dalam negeri.

Afirmasi tersebut langkah yang bagus untuk memberikan kesempatan membela dan menyerap produk dalam negeri lebih banyak sehingga perekonomian meningkat.

Selain itu, juga memberikan tantangan terhadap industri dalam negeri agar membuat produk yang berkualitas dan tidak membuat pembeli kecewa.

"Tinggal nanti kita sampaikan itu kepada BPKP dan BPK agar komitmen ini betul-betul bisa dipegang," ujar Ganjar.

Baca juga: Tanggapi Adanya Isu Partai Lain yang Siap Menampung, Ganjar: Aku ki PDI Perjuangan

Perencanaan pengadaan barang dan jasa melalui penyedia di Jawa Tengah ada 23.967 paket senilai sekitar Rp 4 triliun.

Dari jumlah tersebut, yang sudah divalidasi pejabat pembuat komitmen (PPK) senilai Rp 2,8 triliun dengan rincian 19.671 paket.

Presiden Jokowi dalam arahannya menyampaikan realisasi komitmen penggunaan produk dalam negeriĀ  harus lebih digenjot.

Menurut dia, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dari 209 pemda targetnya Rp 543 triliun, bersumber dari APBN dan APBD.

Baca juga: Banyak Cara Mengaktualisasikan Pancasila, Ganjar Mencontohkan Jateng akan Dibuat Bulan Pancasila

Komitmen yang sduah terealisasi ada sekitar 22 persen atau Rp 122,1 triliun.

Jokowi secara tegas mengingatkan agar pengadaan barang dan jasa lebih mengutamakan produk dalam negeri.

Dia menemukan masih banyak lembaga dan kementerian yang membeli barang dari luar negeri, meskipun di dalam negeri produk yang sama juga diproduksi.

Jokowi memberikan contoh beberapa barang yang masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan.

Misalnya mesin jahit low speed dengan harga impor sebesar Rp 13 juta lebih sedangkan produksi dalam negeri seharga Rp 12,8 juta.

Kemudian Nazal Oxygen Kanula atau selang oksigen dengan harga impor sebesar Rp 8.325 sedangkan produksi dalam negeri lebih murah yaitu Rp 6.996.

Menurut Ganjar, contoh itu bagus karena ada produk dalam negeri lebih murah, tetapi tidak dibeli.

"Saya akan perintahkan seluruh rumah sakit yang ada di Jawa Tengah, dimulai yang milik provinsi, untuk beli yang itu. Kalau tidak nanti yang kita evaluasi direkturnya. Itu biar bisa jalan," ujarnya.

Baca juga: Menhub Budi Karya Terima Honoris Causa di UGM, Ganjar Pranowo: Alhamdulillah Mudiknya Relatif Lancar

Satu contoh lagi adalah alat mekanik standard.

Alat ini harga impornya memang lebih murah sekitar Rp 22,9 juta jika dibandingkan dengan produksi dalam negeri yang masih tinggi sekitar Rp 28 juta.

Namun untuk hal ini Presiden menggarisbawahi agar tetap mengutamakan produk dalam negeri karena peningkatan nilainya mendukung industri dalam negeri.

"Yang ini memang lebih mahal tetapi Presiden bilang beda harga dikit belilah yang dalam negeri," kata Ganjar.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved