Akademisi UIN Banten Sentil Tabib Harimbi yang Ngaku Titisan Nabi Khidir
Akademisi UIN Sultan SMH Banten dr Mohamad Hudaeri mengatakan tindakan yang dilakukan Tabib Harimbi merupakan untuk kepentingan diri sendiri
Penulis: mildaniati | Editor: Abdul Rosid
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Mildaniati
TRIBUNBANTEN.COM, KOTA SERANG - Viralnya warga Kota Serang mengaku sebagai titisan Nabi Khidir menpatkan sorotan dari berbahgai pihak.
Diketahui, pria yang mengaku sebagai titisan Nabi Khidir bernama Harimbi warga Lebak Sili, Kelurahan Unyur, Kota Serang. Harimbi berprofesi sebagai Tabib.
Menanggapiu itu, Akademisi Universitas Negeri Islam (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten dr Mohamad Hudaeri mengatakan tindakan yang dilakukan Tabib Harimbi untuk kepentingan diri sendir.
Baca juga: Dapat Wangsit Diusia 12 Tahun, Tabib Harimbi Diperintah Nabi Khidir Sebagai Titisannya
Karena seperti diketahui, sosok Nabi Khidir merupakan figur kharismatik yang diyakini memiliki ilmu laduni.
Ilmu laduni adalah pengetahuan yang didapat langsung dari Allah SWT.
"Ini pemanfaatan sesorang untuk kepentingan sendiri atas keyakinan masyarakat tentang figur kharisma Nabi Khidir yg diyakini memiliki ilmu laduni," ujarnya pada TribunBanten saat dimintai tanggapan dari akademisi melalui pesan instan, Rabu (13/7/2022).
Pria yang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuludin dan Adab (FUDA) menjelaskan, orang yang memiliki ilmu laduni tidak perlu belajar terlebih dahulu dalam melakukan sesuatu.
"Tidak perlu belajar dahulu, sehingga yang bersangkutan dapat mengetahui peristiwa yang akan terjadi di masa depan," jelasnya.
Kisah tentang nabi Khidir berkaitan pertemuannya dengan Nabi Musa alaihi salam dijelaskan dalam Alquran surat Al-Kahfi ayat 61 sampai 82.
Baca juga: Viral Pria Mengaku Dewa Matahari di Lebak Melarang Orang Salat, Ajaran Sesat atau Penistaan Agama?
Oleh karena itu, dengan mengaku sebagai titisan Nabi Khidir kata Khudaeri seolah ingin meyakinkan kepada para pasiennya bahwa ia bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
Alhasil, para pasien terpukau dan percaya tentang kehebatan dan kemampuannya.
"Ini sebenarnya bagian dari praktek kultus, mengkultuskan seseorang dilarang dalam Islam," terang Khudaeri.