Stunting
Cegah Stunting Sedini Mungkin, Sejak dalam Kandungan Hingga Fase Usia Keemasan Anak
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Penulis: Siti Nurul Hamidah | Editor: Siti Nurul Hamidah
Asupan gizi ini harus diperhatikan hingga anak berusia 2 tahun, ini merupakan fase awal keemasan anak, untuk terbentuknya otak sempurna dan tumbuh kembang yang sehat.
Selain itu, apabila anak mengalami stunting setelah usia 2 tahun, hal tersebut masih bisa dicegah sebelum anak menginjak usia 6 tahun.
Artinya stunting dapat dilakukan pencegahan, sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, kemudian hingga batas usia 5 tahun.
Baca juga: Risiko Stunting Lebih Tinggi Dialami Anak yang Terkena Tuberkulosis, Ini Kata Dokter
Kondisi stunting yang dialami anak harus dicegah sebelum batas usia itu, merujuk pada istilah 1000 hari pertama kehidupan anak, fase keemasan buah hati.
1000 hari pertama kehidupan anak adalah 270 hari saat berada di kandungan dan 730 hari sampai dia di usia 2 tahun.
2. Bawa buah hati ke Posyandu
Ibu harus membawa buah hati ke Posyandu atau Puskesmas setiap bulan, penting dilakukan untuk mencegah stunting sejak dini dan cara penanganannya.
Meski belum ada obat untuk stunting, namun stunting dapat dicegah sedini mungkin dengan rajin memeriksa dan membawa buah hati ke Posyandu atau Puskesmas terdekat.
Lakukan imunisasi anak untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit berbahaya, yang keamanannya dijamin pemerintah.
Baca juga: Banten Masuk Daftar 12 Provinsi dengan Tingkat Stunting Paling Tinggi di Indonesia
Jika stunting terdeteksi setelah usia 2 tahun, Ibu masih bisa melakukan langkah-langkah pemenuhan gizi yang baik dan terus menerus hingga usia 5 tahun atau sebelum anak berusia 6 tahun.
Karena dari buah hati lahir hingga berusia 5 tahun adalah fase usia keemasan anak untuk mencegah stunting dan wasting.
3. Ibu harus mengatur pola makan dan gizi berimbang
Pola makan dengan gizi berimbang menjadi penting, sebagaimana stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat
Baca juga: Ini Strategi Pemprov Banten Turunkan Stunting Sesuai Target Presiden
Baca juga: Mako Lanal Banten Berkolaborasi dengan BKKBN Banten Turunkan Angka Stunting
4. Pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih