Curhat Sekjen Hasto soal PDIP Ditinggal Jokowi di Pilpres 2024: Sedih, Luka Hati yang Perih

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mencurahkan hati soal Presiden Joko Widodo yang pergi meninggalkan partai tersebut di Pilpres

Editor: Glery Lazuardi
Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mencurahkan hati soal Presiden Joko Widodo yang pergi meninggalkan partai tersebut di Pilpres 2024. 

TRIBUNBANTEN.COM - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mencurahkan hati soal Presiden Joko Widodo yang pergi meninggalkan partai tersebut di Pilpres 2024.

"PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih dan berpasrah pada Tuhan dan Rakyat Indonesia atas apa yang terjadi saat ini," ujar Hasto.

Pernyataan itu disampaikan melalui keterangan pers yang diterima awak media.

Menurut Hasto, tidak sedikit akar rumput PDI-P yang percaya bahwa kader terbaiknya itu rela berpaling dari Partai Banteng yang membesarkan namanya.

Baca juga: Harta Sachrudin Naik Hampir Rp 4 M selama Jabat Wakil Wali Kota Tangerang, Bakal Maju Pilkada 2024

Padahal, Jokowi telah diberikan dukungan akar rumput dan seluruh simpatisan PDI-P sejak menjadi Wali Kota Solo hingga menjabat sebagai Kepala Negara.

“Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto.

“Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan Konstitusi,” imbuh dia.

Hasto menuturkan, sejak adanya isu PDI-P akan ditinggalkan, seluruh kader dan simpatisan berharap hal tersebut tidak terjadi.

Namun, kenyataannya Jokowi yang didukung sejak menjabat Wali Kota Solo, Gubernur DKI dan Presiden RI dua periode itu benar-benar meninggalkan PDI-P.

“Awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi,” tutur Hasto.

Adapun perubahan sikap Jokowi terlihat ketika merestui putra sulungnya yang kini menjabat Wali Kota Solo itu maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

Padahal, Jokowi dan Gibran merupakan kader Partai Banteng Moncong Putih yang menyatakan sikap mendukung Ganjar Pranowo yang diusung PDI-P sebagai bakal calon presiden yang akan didukung.

Langkah Kepala Negara itu dinilai sebagian pihak sebagai upaya melanggengkan kekuasaan untuk membangun dinasti politik.

Baca juga: Kirab Pemilu 2024 di Kota Serang: Berikut Jadwal dan Lokasi Acara

Jalan mulus Gibran yang berusia 36 tahun ini mendaftarkan diri sebagai cawapres tak terlepas dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengizinkan cawapres berusia di bawah 40 tahun dengan syarat pernah jadi kepala daerah dan terpilih lewat Pemilu.

Keputusan tersebut menuai kontroversi di tengah masyarakat karena Ketua Hakim MK Anwar Usman tak lain adalah paman dari Wali Kota Solo itu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "PDI-P Sedih, Beri “Privilege” Besar ke Jokowi tapi Ditinggalkan"

PDI-P Sad, Gives Big "Privilege" to Jokowi but Abandoned

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved