Dapat Bantuan Rp 102 Miliar dari Bank Dunia, Pemkot Cilegon akan Bangun Pabrik Pengolahan Sampah
Pemerintah Kota Cilegon mendapatkan bantuan dari Bank Dunia Rp 102 miliar untuk pembangunan pabrik pengelolaan sampah terpadu di TPSA Bagendung.
Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Ahmad Haris
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Ahmad Tajudin
TRIBUNBANTEN.COM, KOTA CILEGON - Pemerintah Kota Cilegon mendapatkan bantuan dari Bank Dunia, senilai Rp 102 miliar untuk pembangunan pabrik pengolahan sampah terpadu di TPSA Bagendung.
Bantuan tersebut diberikan usai dilakukannya penandatanganan MoU Kesepakatan, antara Dirjen Cipta Karya Kementrian PUPR dengan Pemkot Cilegon.
Berkaitan dengan Perencanaan Pelaksanaan Pembangunan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana tempat Pengolahan Sampah Terpadu di Kota Cilegon.
Baca juga: Kejaksaan Teliti Dokumen Hasil Penggeledahan di Kantor DLH Kota Cilegon dan UPT TPSA Bagendung
Wali Kota Cilegon, Helldy Agustian menuturkan, bahwa dalam rencana pembangunan pabrik tersebut pihaknya sudah membuat peraturan walikota (perwal) nya.
"Pembangunan ini kemungkinan besar akan dilelang segera di bulan April, kemudian kontrak dan lainnya di bulan Mei," ujarnya saat ditemui di kantornya, Rabu (21/2/2024).
Adapun proses pembangunannya, kata dia, diperkirakan akan memakan waktu kurang lebih sekitar 12 bulan.
Hal itu dikarenakan pabrik yang akan dibangun nanti, berukuran cukup besar.
"Jadi pembangunannya ini tidak menggunakan dana apbd kota Cilegon, kita mendapatkan bantuan dari bank dunia melalui dirjen cipta karya dan ini menjadi kebanggaan bagi warga kota Cilegon," ungkapnya.
Pabrik yang akan dibangun di atas lahan sekitar 1 hektar itu, diperkirakan memiliki kapasitas produksi sekitar 200 ton perhari.
Saat ini kata Helldy, berkat bantuan hibah dari PLN, pihaknya baru mampu memproduksi sekitar 30 ton perhari.
Sehingga dengan adanya pabrik pengelolaan sampah terpadu tersebut, Pemkot Cilegon mampu memproduksi 230 ton perhari.
"Kalau memang pabrik sudah jadi di tahun 2025 kedepan insyaallah kota Cilegon bisa menjadi kota defisit sampah atau kekurangan sampah," katanya.
"Karena kapasitas sampah kami masih di angka 200 sampai maksimal 250 ton, tapi rata-rata kami di angka 225 ton jadi kalau totalnya 230 yah defisit sampah kita," sambungnya.
Nantinya, sampah yang akan dikelola pada pabrik sampah terpadu tersebut adalah berbentuk bahan bakar jumputan padat (BBJP) bukan refuse derived fuel (RDF).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.