Sejarah Berdirinya Jembatan Perahu Haji Endang, Pendapatan Rp20 Juta/Hari, Terancam Dibongkar

Setiap hari tak kurang dari 10 ribu pengendara sepeda motor melewati jembatan perahu ponton Haji Endang, dengan tarif Rp 2.000.

|
Editor: Wawan Perdana
Tribun Jabar/ Cikwan
TERANCAM DIBONGKAR-Foto arsip Jembatan ponton Haji Endang menjadi jalan pintas bagi warga Desa Anggadita, Kecamatan Klari, dan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Jembatan ini terancam dibongkar. 

TRIBUNBANTEN.COM, KARAWANG-Jembatan perahu yang dibangun Muhammad Endang Junaedi alias Haji Endang, terancam dibongkar oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.

Jembatan menyeberangi Sungai Citarum itu sudah berdiri selama 15 tahun.

Selama itu juga, jembatan ini menjadi jalan pintas bagi warga Desa Anggadita, Kecamatan Klari, dan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Setiap hari tak kurang dari 10 ribu pengendara sepeda motor melewati jembatan perahu ponton itu, dengan tarif Rp 2.000.

"Pendapatannya tak kurang Rp 20 juta per hari," ucapnya dikutip dari tribunjatim.com.

Bagaimana sejarah berdirinya jembatan ini? kenapa terancam dibongkar?

Dilansir dari TribunJabar.id, (30/12/2021), Haji Endang diminta oleh sesepuh setempat, Haji Usup, untuk membuat penyeberangan perahu demi memajukan perekonomian di Dusun Rumambe 1.

Endang mengatakan, saat itu jalan desa tersebut merupakan jalan buntu, hanya sebagai penyeberangan kerbau.

Sedangkan, wilayah di seberang dusun tersebut merupakan Desa Parungmulya yang dikenal sebagai kawasan industri.

Haji Endang saat itu meminta izin ke Bupati Dadang S Muchtar

"Pak Bupati bagaimana kalau kita usaha bareng dengan Pemkab, untuk membuat jalur penyeberangan,' tetapi beliau minta saya sendiri saja. Karena sudah ada izin, saya beranikan diri," lanjut dia.

Awalnya, Haji Endang membuat perahu dengan kapasitas sekitar dua puluh motor. Perahu itu ditarik menggunakan tali untuk menyeberang.

Pada awalnya berdiri jembatan, belum banyak warga yang memanfaatkannya. Sebagian warga bahkan ada yang khawatir jembatan itu bakal membuat daerah tersebut bising dan memicu banyaknya maling.

"Awalnya sehari juga cuma dapat Rp16 ribu," tutur dia.

Meski demikian, Haji Endang tidak menyerah, Ia tetap menekuni dan merawat jembatan demi untuk membantu perekonomian warga.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved