Sejarah Berdirinya Jembatan Perahu Haji Endang, Pendapatan Rp20 Juta/Hari, Terancam Dibongkar
Setiap hari tak kurang dari 10 ribu pengendara sepeda motor melewati jembatan perahu ponton Haji Endang, dengan tarif Rp 2.000.
Lambat laun, karyawan yang menyeberang mulai ramai, kemudian ia menambah perahu penyeberangan menjadi dua.
"Saya tambah satu lagi, jadi ada dua perahu eret. Bolak-balik," katanya.
Banyak diskusi dengan pegawainya, Haji Endang kemudian mempunyai ide untuk membuat penyeberangan dengan sistem perahu ponton.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Haji Endang membeli puluhan perahu kayu dan sisanya ia buat sendiri.
Endang juga membuat perahu ponton dari besi untuk mengurangi risiko kerugian dan kecelakaan bagi warga yang menyeberang.
"Saya pinjam ke bank untuk modalnya," katanya.
Haji Endang mengungkap, modal yang ia keluarkan bisa mencapai Rp5 miliar.
Untuk hari kerja, Haji Endang mengakui satu hari satu malam itu sekitar sepuluh ribu kendaraan roda dua menyeberang. Dengan tarif Rp2.000 sekali menyeberang.
"Tetapi kalau ada pengendara yang tidak punya uang, uangnya cuma seribu atau lima ratus, kita juga tidak larang untuk menyeberang. Silahkan saja," katanya.
Karyawan yang dimiliki Haji Endang pun terbagi dalam beberapa divisi yang memungut bayaran, menyiapkan pengembalian, lalu menyiapkan dan mengontrol perahu penyeberangan serta menjaga sampah yang menyangkut ke perahu.
"Kalau sekarang alhamdulillah, sampah tidak terlalu banyak semenjak ada Citarum Harum. Selain itu air sungai juga sudah tidak hitam," katanya.
Sejak jembatan penyeberangan itu dibangun, ekonomi di sekitarnya pun turut tumbuh. Banyak warga berjualan di pinggir jalan.
"Alhamdulillah, sekarang ekonomi warga sekitar meningkat. Banyak mereka yang berjualan," katanya.
Selain itu, Endang mengaku ia juga memperbaiki jalan dari hasil penyeberangan tersebut.
Haji Endang Protes
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.