Diumumkan 7 Agustus 2025! Ini Saham Berpotensi Masuk MSCI, Ada ANTM dan BRMS

Editor: Abdul Rosid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Morgan Stanley Capital International (MSCI) dijadwalkan akan diumumkan pada Rabu (7/8/2025). Ini saham berpotensi masuk MSCI

Kenaikan harga tersebut juga telah mendorong kapitalisasi pasar free float SSIA menjadi US$ 618 juta, jauh melampaui ambang batas US$ 250 juta. Dari sisi likuiditas, SSIA juga mencatatkan rata-rata transaksi harian dalam 12 bulan terakhir sebesar US$ 1,8 juta per hari,  melebihi ketentuan minimum US$ 1 juta per hari.

"Masuknya saham SSIA ke dalam indeks MSCI akan meningkatkan visibilitas SSIA di mata investor global dan berpotensi menarik aliran dana dari investor pasif yang mengikuti indeks sekaligus membalikkan tren penjualan asing menjadi pembelian bersih," kata Ahnaf dan Prasetya dalam risetnya, Selasa (22/7).

Head of Research & Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto sepakat saham DSSA dan SSIA memiliki prospek kuat untuk masuk ke dalam indeks MSCI pada periode berikutnya. Ia juga menambahkan bahwa saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berpeluang mengikuti jejak serupa.

"Saham-saham tersebut memiliki kapitalisasi pasar free float dan likuiditas harian yang mencukupi," jelas Rully kepada Kontan, Selasa (23/7).

Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama punya pendapat lain. Menurutnya, salah satu saham yang punya kans untuk masuk indeks MSCI Small Cap ialah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). 

Emiten ini memiliki free float yang cukup besar, yakni sekitar 35%, sehingga memenuhi salah satu kriteria MSCI. 

Namun demikian, Hijjah bilang agar memenuhi syarat minimum kapitalisasi pasar, harga saham BRMS idealnya harus berada di atas level Rp 490–Rp 500 per saham.

Sebagai catatan, MSCI Small Cap menetapkan persyaratan minimum free float market cap sebesar sekitar US$ 250 juta, dengan proporsi kepemilikan publik minimal 15?n likuiditas harian di atas US$ 1 juta atau setara dengan Rp 16 miliar–Rp 20 miliar per hari. 

Dari sisi likuiditas, BRMS termasuk salah satu saham yang aktif diperdagangkan, dengan nilai transaksi harian yang umumnya berada di kisaran Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar. 

Bahkan, pada 11 Juni 2025 lalu, nilai transaksi BRMS mencatatkan rekor tertinggi harian mencapai Rp 1,2 triliun, seiring dengan penguatan harga saham sebesar 12?lam sehari.

Ini turut ditopang oleh volatilitas harga emas sebagai komoditas utama yang menjadi fokus bisnis BRMS.

Sementara itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai memiliki fundamental yang cukup solid untuk masuk indeks MSCI. Namun, keduanya masih menghadapi tantangan dalam hal kepemilikan publik yang relatif kecil.

"Rebalancing MSCI perlu diperhatikan sebagai salah satu faktor yang dapat dijadikan acuan oleh investor dalam bertransaksi saham, khususnya untuk menilai tingkat likuiditas suatu saham," ucap Hijjah kepada Kontan, Rabu (23/7).

Hijjah menyarankan investor dan pelaku pasar agar memanfaatkan momentum menjelang rebalancing MSCI secara spekulatif. 

"Bisa buy saham yang berpotensi masuk MSCI secara kualifikasi dan sell on high saat inflow masuk pada momen rebalancing," tambah Hijjah.

Halaman
123

Berita Terkini