Jokowi Ungkap Kereta Whoosh Bisa Selamatkan Negara dari Kerugian Kemacetan: Rp100 Triliun per Tahun

Jokowi ungkap alasan membangun Kereta Cepat Whoosh Jakarta–Bandung. Menurutnya, proyek ini bisa selamatkan negara dari kerugian kemacetan.

Editor: Abdul Rosid
Kompas.com
Jokowi ungkap alasan membangun Kereta Cepat Whoosh Jakarta–Bandung. Menurutnya, proyek ini bisa selamatkan negara dari kerugian akibat kemacetan hingga Rp100 triliun per tahun. 

TRIBUNBANTEN.COM - Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap alasan utama di balik keputusannya membangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCIC) atau Whoosh saat menjabat sebagai Kepala Negara.

Pernyataan itu disampaikan Jokowi di Solo, menanggapi kembali perbincangan publik terkait beban utang proyek Whoosh yang kini mencapai Rp118 triliun.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak akan menanggung utang KCIC Whoosh.

Sementara itu, CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Rosan Roeslani menyebut penggunaan APBN hanya menjadi salah satu opsi dalam mekanisme pembayaran.

Baca juga: Jokowi Ngaku Tak Akan Tempati Rumah Pensiun di Karanganyar Pemberian Negara

Jokowi: Negara Rugi Rp100 Triliun Akibat Kemacetan

Jokowi menjelaskan, ide pembangunan kereta cepat berawal dari persoalan klasik yang belum terselesaikan selama puluhan tahun, yakni kemacetan parah di wilayah Jabodetabek dan Bandung.

“Dari kemacetan itu negara rugi secara hitung-hitungan. Kalau di Jakarta saja sekitar Rp65 triliun per tahun, dan jika ditambah wilayah Jabodetabek serta Bandung, totalnya bisa mencapai lebih dari Rp100 triliun per tahun,” kata Jokowi, Senin (27/10/2025).

Menurut Jokowi, angka kerugian tersebut menjadi dasar pemerintah mendorong pengembangan berbagai moda transportasi massal, seperti KRL, MRT, LRT, Kereta Bandara, hingga Whoosh.

“Tujuannya agar masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, sehingga kerugian akibat kemacetan dapat ditekan,” ujarnya.

Transportasi Massal Bukan untuk Cari Laba

Jokowi menegaskan bahwa pembangunan transportasi massal bukanlah proyek bisnis yang berorientasi laba, melainkan layanan publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Prinsip dasar transportasi massal itu layanan publik, bukan mencari laba. Jadi, keberhasilannya diukur dari manfaat sosial, bukan keuntungan finansial,” tegasnya.

Menurutnya, keuntungan sosial dari pembangunan transportasi massal mencakup penurunan emisi karbon, peningkatan produktivitas masyarakat, pengurangan polusi, dan efisiensi waktu tempuh.

“Kalau ada subsidi, itu bukan kerugian, melainkan investasi sosial untuk masa depan, seperti halnya MRT,” tambah Jokowi.

Subsidi Transportasi sebagai Investasi Jangka Panjang

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved