Wisata Banten
Pernah Dianggap Gila, Ini Kisah Firdiansyah, Pendiri Kampung Robot di Tangsel
Kini Kampung Robot dibentuk Firdiansyah pada 2008 lalu, mampu menginspirasi lebih dari 1.000 sekolah di 20 provinsi Indonesia
Penulis: Ade Feri | Editor: Wawan Perdana
Ringkasan Berita:
- Firdiansyah mendirikan Kampung Robot pada tahun 2008 setelah memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya.
- Ia meninggalkan pekerjaannya di perusahaan telekomunikasi di Jakarta dengan gaji Rp 10 juta per bulan untuk mengembangkan robotik di Banten.
- Keputusan besar ini membuatnya dianggap "gila" oleh orang-orang.
TRIBUNBANTEN.COM, TANGSEL-Saat hendak mengembangkan dunia robotik, Firdiansyah pernah dianggap orang tidak waras atau gila.
Kini Kampung Robot yang dibentuk Firdiansyah pada 2008 lalu, mampu menginspirasi lebih dari 1.000 sekolah di 20 provinsi Indonesia.
Bahkan banyak di antaranya bermitra untuk mengembangkan robotik di Indonesia.
Firdiansyah, sang pendiri Kampung Robot di Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menceritakan kisahnya ke Tribunbanten.com, Jumat (14/11/2025).
Pria berusia 40 tahun itu mengaku, cap sebagai orang gila didapatkan saat pertama kali mengembangkan teknologi robot di wilayah Kota Serang, Banten, pada tahun 2008 silam.
Saat itu, kata Firdi, dirinya lebih memilih keluar dari sebuah perusahaan teknologi informasi, demi mengembangkan teknologi robotik.
Padahal, gaji yang ia terima dari perusahaan saat itu terbilang lumayan yakni mencapai Rp 10 juta per bulan.
Namun, dengan misi ingin memajukan Indonesia melalui teknologi, resiko besar itu pun diambil.
"Karena waktu itu sekitar tahun 2007-2008, kami di komunitas (pecinta robot) sangat prihatin dengan tanda petik Indonesia, di mana pembelian teknologi masih sangat minim. Kalaupun ada hanya kelas-kelas orang tertentu saja yang bisa mengakses." ujarnya, saat ditemui di Kampung Robot, Tangsel, Jumat (14/11/2025).
"Dari keperhatian itu kami berpikir kenapa buat Indonesia tidak terbangun generasi-generasi teknologi ini dengan baik, mulailah kami kembangkan pertama kali di Banten tepatnya tahun 2008," sambungnya.
"Waktu itu saya keluar dari perusahaan telekomunikasi, dan saya sudah di stigma orang gila karena saya keluar dari perusahaan yang sudah menggaji Rp10 juta di Sudirman Jakarta, pakai dasi rapi, kemudian saya mengembangkan robotik di Banten tepatnya di Kota Serang," jelasnya.
Baca juga: Mengenal Kampung Robot di Tangerang Selatan, Tempat Wisata Unik dan Edukatif, Begini Sejarahnya
Bermodal Rp20 Juta
Pria jebolan Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya itu juga mengatakan, saat memulai pengembangan dunia robotik dirinya hanya bermodal kan uang sebesar Rp 20 juta, yang ia dapat dari sisa BPJS Ketenagakerjaan.
"Saya keluar kerja tanpa pesangon, karena saya keluar sendiri saya hanya mengandalkan BPJS tenaga Kerja yang angkanya sekitar 20 juta," kata Firdi.
"Apa yang saya lakukan? ya mulai dari nol, saya kerja sendiri, bikin kurikulum sendiri, silamu sendiri, dan marketing sendiri selama bertahun-tahun," paparnya.
| Mengenal Kampung Robot di Tangerang Selatan, Tempat Wisata Unik dan Edukatif, Begini Sejarahnya |
|
|---|
| Punya View Mirip Tanah Lot Bali, Hotel Pesona Krakatau Anyer Diserbu Pengunjung di Akhir Pekan |
|
|---|
| Fasilitas dan Tarif Masuk Pantai Mandalika Anyer, Pilihan Menikmati Sunset |
|
|---|
| 4 Curug Terdekat dari Kota Serang Banten, Cuma 30 Menitan Saja |
|
|---|
| 4 Pilihan Open Trip ke Pulau Peucang Banten, Ini Harga dan Titik Penjemputan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banten/foto/bank/originals/Firdiansyah-Kampung-Robot.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.