Permintaan Siti Nuraida di Bulan Puasa, Berharap Sang Kakak Pulang dan Berkumpul Saat Lebaran
Menyambut bulan suci ramadan kali ini, Siti Nuraida berharap bisa bertemu sang kakak yang kini sedang mencari rezeki di ibu kota.
Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Yudhi Maulana A
Untuk makan sehari-hari, kadang ia memasak sendiri. Namun, ia juga kerap makan di rumah saudaranya yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.
Baca juga: Kisah Pilu Keluarga di Pandeglang Hidup di Gubuk Dalam Hutan, Butuh 3 Jam Jalan Kaki di Jalan Rusak
Baca juga: Kisah Pilu Nenek Penjual Pisang, Gendong Bakul Seberat 12 Kg dan Hidup Sebatang Kara di Gubuk
Dan pada awal 2021 atau tiga bulan lalu, Aida mendapat tanggung jawab baru.
Sang kakak perempuannya bercerai dan memutuskan merantau bekerja di Jakarta.
Sang kakak menitipkan anaknya bernama Aisyah yang masih berusia 8 tahun kepadanya.
Aida kini duduk di kelas 10 di SMK Cimanggu, sedangkan keponakannya bersekolah di SDN 1 Cimanggu.
"Tinggal sejak kecil di sini sejak 2005. Ibu saya sudah tidak ada sejak saya berumur tiga tahun. Ayah saya sudah meninggalkan saya sejak masih kecil, kawin lagi," kenang Aisyah saat ditemui TribunBanten.com di rumahnya.
Baca juga: Penduduk Miskin di Banten Bertambah Banyak, Wagub: Kita Nomor 8 di Nasional, Itu Luar Biasa
Baca juga: Cerita Warga Sudimanik Cibaliung Pandeglang Selama 10 Tahun Belum Menikmati Aliran Listrik
Sang kakak mengirimkan uang Rp800 ribu setiap bulan untuknya.
Aida pun berusaha mengatur uang dengan jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah mereka berdua.
Tak jarang uang kiriman dari sang kakak datang terlambat dan memaksanya menahan lapar.
Aida tak mau mengeluh meski uang kiriman itu kurang mencukupi dan kadang datang terlambat. Sebab, ia tidak ingin menyusahkan sang kakak yang tengah berjuang bekerja untuk mereka berdua.
"Kalau biaya hidup saya dikasih uang sama kakak saya yang sedang kerja di Jakarta. Dikirim Rp 800 ribu sebulan untuk kebutuhan sekolah dan makan," ungkapnya.

Keluarga Aida pernah menawarkan Aida untuk tinggal di rumah mereka. Namun, Aida memilih tinggal di rumahnya yang reyot itu karena merasa nyaman di rumah sendiri.
Kini, besar harapan Aida mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat untuk perbaikan rumahnya.
Air hujan masuk masuk ke dalam rumah ke dalam rumah karena genting bocor menjadi hal biasa terjadi di rumah Aida.
Namun, ia kerap waswas dengan keselamatan dirinya dan keponakan atas kondisi rumah yang ditempati ini.