Ibu Hamil Ditandu di Pandeglang
Enah Ditandu Pakai Bambu dan Sarung saat Hendak Melahirkan, Sempat Lompat Ketakutan, Sarungnya Sobek
Untuk menuju Puskesmas Sindangresmi, Enah ditandu warga memakai bambu dan sarung.
Penulis: mildaniati | Editor: Agung Yulianto Wibowo
Enah ditandu suami serta empat warga secara bergantian.
Kondisi jalan utama yang jaraknya lebih jauh, berbatu, dan mengelilingi kebun sawit sehingga tidak memungkinkan untuk dilalui Enah yang sedang menahan kontraksi.
Akses tercepat hanya lewat kebun karet, sisi kanan dan kirinya semak belukar, tanah lempung dan jalan sempit.
Hanya jalan kebun ini yang biasa dilalui warga Kampung Cigeulam untuk ke pasar dan rumah sakit.
Menurut Enah, dia sempat mengalami insiden sarung penahan bebannya sobek lantaran orang yang menandunya terpeleset.
Baca juga: Viral Ibu Hamil Ditandu Pakai Sarung Melintasi Jalan Rusak, DPRD Soroti Kinerja Pemkab Pandeglang
"Saya lompat ketakutan sambil nahan mules, untungnya enggak jatuh, jadi masih bisa lompat," kata ibu berusia 38 tahun ini.
Selama perjalanan dia merasa khawatir melahirkan di jalan.
"Kalau lahiran di jalan, jauh ke mana-mana. Takutnya ada gejala lain yang membahayakan korban jiwa," ucapnya.
Akon, warga yang ikut menandu Enah, mengaku kesulitan berjalan dalam kondisi tanah lempung yang basah sehingga terpeleset.
"Mengerikan pas kejadian itu," kata pria berusia 50 tahun ini.
Sunarya, suami Enah, mengungkapkan kesedihan melihat kondisi istrinya.
"Saya sampai nangis melihat istri jatuh dan melihat kondisi jalan seperti itu. Kapan jalan seperti desa yang lain bagus, bisa mobil masuk, supaya yang melahirkan tidak ditandu lagi dan bisa masuk mobil," ujarnya.
Baca juga: Ibu Hamil Ditandu Sarung Karena Jalan Rusak, Bupati Tunggu Covid-19 Hilang Infrastruktur Dibangun
Pria berusia 45 tahun ini mengaku cemas dan takut istrinya melahirkan di jalan.
Setibanya di Puskesmas Sindangresmi, Enah melahirkan anak kembar.
"Yang satu lahir di kamar mandi, satu lagi lahir di ruangan rawat puskesmas," kata Sunarya.
Namun, kedua anaknya meninggal dunia dan langsung dikuburkan pada Sabtu malam.
Pada Minggu pagi, Enah pulang dari Puskesmas Sindangresmi menuju Kampung Kelapasawit.
Sesampainya di Kampung Kelapasawit, Sunarya dan warga kemudian kembali menandu Enah menuju Kampung Cigeulam.