BMKG Kelas 1 Tangerang Latih Peserta Sekolah Lapang Geofisika Soal Simulasi Gempa Bumi dan Tsunami

Pihak Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan pelatihan simulasi tentang kebencanaan, pada Selasa (25/5/2021).

Penulis: Amanda Putri Kirana | Editor: Glery Lazuardi
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kelas I Tangerang Suwardi
Pelatihan Simulasi Bencana Peserta Sekolah Lapang Geofisika 

Hal tersebut membuat Selat Sunda seperti engsel yang membuka.

Adapun regangan menciptakan terbentuknya banyak jalur patahan di sekitar Selat Sunda yang menjadi penyebab gempa, dengan mekanisme sesar turun (normal fault)

“Gempa-gempa ini membuktikan terjadi peregangan di Selat Sunda dan terus berlangsung hingga kini,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kelas I Tangerang Suwardi kepada TribunBanten.com melalui sambungan seluler, Rabu (26/5/2021).

Baca juga: Kabupaten Lebak Wilayah Rawan Bencana, Warga: Hal Biasa Lihat Dinding Rumah Bergoyang

Baca juga: Ketua DPRD Kabupaten Serang: Masyarakat Perlu Diedukasi Bagaimana Menghadapi Bencana

Selain itu, regangan juga menjadikan Selat Sunda rawan dengan tsunami, jika aktivitas sesar normal menyebabkan gempa tektonik dengan magnitudo besar.

“Potensi tsunami di Selat Sunda itu sangat tinggi. Kami telah membuat skenario dari kajian dari pusat gempa nasional dan memperkiraan gempa maksimum nanti memiliki kekuatan M8,7 SR,” ujar Suwardi.

Sementara tsunami setelahnya memiliki ketinggian hingga 20 meter di daerah Bayah, Panggarangan, dan sebagainya.

Suwardi mengatakan, seluruh wilayah di Banten harus antisipasi karena gempa dan tsunami bisa saja terjadi.

Selain itu, waktu tipe gelombang tsunami relatif cukup pendek yaitu sekitar 20 menit ke arah pesisir pantai dan 60 menit menuju Kota Serang.

Baca juga: Galang Dana untuk Korban Bencana NTT, RacheL Vennya Terkejut Capai Rp 1 Miliar dalam Semalam

Baca juga: Banjir Bandang Di Adonara NTT Belum Ditetapkan Jadi Bencana Darurat Nasional, Ini Kata Pemerintah

“Namun saat ini aktivitas gempa dan frekuensinya sudah menurun. Kalau gempanya kecil tidak ada efek tsunami” kata Suwardi.

Menurut Suwardi, gempa harus berkekuatan minimal M7 SR untuk terjadinya tsunami.

“Karena untuk membangkitkan volume air laut itu membutuhkan energi yang cukup besar,” ucap Suwardi.

Suwardi mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Namun masyarakat harus tetap waspada dan perhatikan kondisi alam yang ada disekitar,

“Jika terjadi gempa yang kuat, segera jauhi pantai. Tidak usah menunggu pertanda atau peringatan dari BMKG karena waktu penyelamatan sangat pendek,” ujar Suwardi.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved